Pandangan agama berat bukanlah dari persepektif orang yang bertaqwa. Bagi orang yang bertaqwa terbiasa menjalankan perintah Allah SWT dan meninggalkan laranganNya adalah sebuah kenikmatan. Islam itu bukan yang berat melainkan mudah. Sesungguhnya agama yang dirihoi Allah adalah Islam. Dalam Al-Quran, Allah SWT berfirman “Allah menghendaki kalian kemudahan dan tidak menghendaki kesulitan,” (Q.S. al-Baqarah [2]: 185).
Dalam ayat lain, Allah SWT berfirman “Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu, dan Dia tidak menjadikan kesukaran untukmu dalam agama. (Ikutilah) agama nenek moyangmu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamakan kamu orang-orang muslim sejak dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al-Quran) ini, agar Rasul (Muhammad) itu menjadi saksi atas dirimu dan agar kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia. Maka laksanakanlah salat; tunaikanlah zakat, dan berpegang-teguhlah kepada Allah. Dialah pelindungmu; Dia sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong,” (Q.S. al-Hajj [22]: 78).
Esensi dalam beragama adalah kemudahan untuk orang yang bertaqwa. Agama bukanlah sesuatu yang membuat kita berat karena agama juga sumber solusi dari hal yang kita tidak ketahui. Rosulullah Muhammad SAW bersabda “Sesungguhnya agama itu mudah. Dan selamanya agama tidak akan memberatkan seseorang melainkan memudahkannya. Karena itu, luruskanlah, dekatilah, dan berilah kabar gembira! Minta tolonglah kalian di waktu pagi-pagi sekali, siang hari di kala waktu istirahat dan di awal malam,” (HR. al-Bukhari [39] dan Muslim [2816]). Maksud hadist ini ialah syariat yang Allah turunkan kepada umat Baginda Nabi Muhammad SAW mudah dan tidak sulit. Allah telah mengangkat hal-hal yang memberatkan mereka. Sehingga ia tidak memaksa seorang hamba kecuali sesuai kemampuannya.
Di dalam tafsirnya, Ibnu Katsir menafsirkan, “Allah tidak membebani kalian melainkan sebatas kemampuan. Tiada sesuatu yang dibebankan kepada kalian kemudian kalian merasa berat atasnya, melainkan Allah sediakan jalan keluarnya.” (Lihat: Tafsir Ibn Katsir, Damaskus: Dar al-Fikr, tt.: Juz 5, hal. 455). Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda: “Apabila aku perintahkan kepada kalian mengerjakan suatu perkara, maka laksanakanlah semampu kalian,” (HR. al-Bukhari-Muslim).
Sebagai bukti penerapan ayat dan hadist di atas adalah Allah telah banyak menurunkan rukhshah (dispensasi) dalam praktik ibadah, seperti kebolehan berbuka puasa bagi orang sakit atau sedang bepergian jauh pada bulan Ramadhan. Shalat boleh dilaksanakan sambil duduk manakala seseorang tidak mampu berdiri, dan masih banyak lagi rukhshah lainnya.
Oleh : Drs. H. Ahmad Qodim Suseno, M.S.I. (Dosen Fakultas Agama Islam Unissula) Kajian Ba’da Dhuhur Masjid Abu Bakar Assegaf.