Buya Yahya meninjau langsung proses pembangunan masjid Ukhuwah Islamiyah El Azhar (29/11). Turut hadir mendampingi ketua umum pengurus Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung (YBWSA) Hasan Toha Putra MBA. Hadir pula Rektor Unissula Prof Dr Gunarto SH MH.
Mereka disambut langsung oleh pendiri masjid yang juga ketua Pembina YBWSA, Drs Azhar Combo. Masjid yang beralamat di Jl Tirto Agung No 99 Banyumanik Semarang tersebut berdiri di atas lahan seluas kurang lebih 3000 M2. Proses pembangunannya sudah dimulai sejak tahun 2021 tepatnya awal Ramdhan 1442H dan diperkirakan menelan biaya sebesar Rp 15 miliar.
Masjid didirikan di atas lahan milik Drs Azhar Combo dan dibangun menggunakan dana pribadinya sendiri. Masjid tersebut diwakafkan kepada Yayasan Ukhuwah Islamiyah yang kepengurusannya terdiri dari orang orang yang berasal dari berbagai lintas ormas besar di Indonesia seperti NU, Muhammadiyah dan ormas keagamaan lainnya.
Halaqoh Ekonomi Islam
Sebelum meninjau masjid tersebut Buya Yahya tampil sebagai narasumber dalam halaqoh ekonomi Islam yang diselenggarakan oleh YBWSA di Auditorium kampus Unissula. Hasan Toha Putra dalam sambutannya menekankan komitmen YBWSA untuk menguatkan jaringan ekonomi umat melalui close loop system.
“Bersama Rektor Unissula karena kami berada di lingkungan Unissula, kami sepakat untuk mengimplementasikan close loop system ini di lingkungan yayasan. Contohnya dalam setiap acara kita selalu menghadirkan produk-produk milik saudara sesama muslim, jika yayasan belum mampu memproduksinya,” ungkapnya saat memberikan pengantar.
Dirinya melanjutkan, “Dengan niat tersebut agar semakin yakin kita dalam menjalaninya telah hadir bersama kita Buya Yahya yang kita harapkan nasihatnya,” ujarnya.
Menanggapi hal tersebut Buya Yahya sangat mengapreasi langkah yang diambil YBWSA terkait dengan penguatan ekonomi umat ini. Pihaknya juga menekankan sebagai seorang muslim harus ikut serta dalam memakmurkan usaha sesama muslim. “Jangan sampai kita ini malah mendukung produk-produk milik negara yang memerangi Islam. Kecuali kalau niat kita untuk menyainginya,” jelas pengasuh Pondok Pesantren Al Bahjah Cirebon tersebut.
Ulama dengan nama asli Yahya Zainul Ma’arif Jamzuri itu juga menekankan untuk mempertimbangkan tempat berbelanja yang sesuai syariat. “Selain menggunakan produk-produk milik muslim, ketika berbelanja tetap harus mempertimbangkan tempat belanja yang syariah. Seperti misalnya belanja di warung, kita lihat apakah pemiliknya memakai hijab, apakah timbangannya dikurangi, dan nilai-nilai syariat Islam yang lainnya apakah diimplementasikan atau tidak,” ungkapnya.