Sinar matahari sore itu semakin redup. Membawanya larut dalam kenangan sewindu yang lalu. Banyak hal yang sudah ia lewati. Waktu dimana ia masih menjadi sosok anak kecil dengan berbagai kelemahanya yang menopang banyak harapan pada orang di sekitarnya. Hingga terbenamnya sore itu memberi makna segala hal buruk dalam hidupnya ikut tenggelam dan menjadi dirinya yang dilahirkan kembali menjadi sosok yang sekarang. Kekuatan dan doa menjadi pengiringnya dalam menjalani segala perjalanan hebat dalam hidupnya.
Bagaimana tidak, ia selalu menjalani hidupnya dengan sepenuh raganya. Tiga tahun yang lalu ia berhasil menyelesaikan pendidikan SMA nya. Tahun terakhirnya ia gunakan untuk belajar di sudut perpustakaan saat teman-temannya menikmati masa terakhir sekolahnya.
Setiap pagi ia selalu berlari mengejar apa yang ia inginkan. Seluruh pikiran dan fisiknya ia tuangkan di tahun itu dengan harapan besar. Namun, tepat pada tujuh belas tahunnya ia mendapatkan sebuah mimpi buruk gagal masuk perguruan tinggi negeri yang diimpikannya. Walaupun ia dikenal sebagai sosok yang tegar dan selalu menerima segala hal yang terjadi dalam hidupnya, tapi tidak pada hari itu.
Hari demi hari ia habiskan untuk melihat banyak proses hidup orang-orang disekitarnya. Membandingkan hasil adalah hal yang selalu ia lakukan setiap detiknya. “mengapa mereka bisa mendapatkan apa yang aku inginkan, sedangkan aku tidak?”. Perandai-andaian itu menjadikan perempuan tujuh belas tahun menjalani hidupnya tanpa arah dengan banyak harapan orang disekitarnya. Hanya satu yang selalu ia pikirkan “lebih baik aku gagal, daripada aku harus menyesal hanya tidak mencoba apa yang aku inginkan”.
Tidak bisa dihitung berapa kali ia mengalami kegagalan pada setiap tahap yang ia coba. Ditolak berbagai perguruan tinggi membuat dunianya hancur. Hatinya berantakan, pikiranya kacau, harapan orang orang di sekitarnya tidak terpenuhi. Kaki mungilnya sudah mulai melambat menanggung banyak beban. Namun, realitanya ia harus tetap berjalan sampai pada tujuan.
Hingga pada akhirnya ia mencoba merubah cara belajar dan cara pandangnya. Ia tidak belajar untuk mencapai apa yang ia inginkan, namun belajar mendapatkan apa yang terbaik untuk ia dapatkan. Perjalanan tangis haru disetiap harinya membawa ia menjadi sosok pribadi yang berbeda dan berani mengambil banyak percobaan yang tidak pernah ia pikirkan sebelumnya. “Bukankah untuk mencapai 10 tidak hanya 5+5? Bisa jadi 1+9 kan?” tuturnya dalam batin. Percobaan itu ternyata membawa banyak hal baik didalamnya. Percobaan itu ternyata adalah pilihan terbaik dalam hidupnya.
Pilihannya kuliah di Prodi Ilmu Komunikasi (Ilkom) Unissula menjadi hal baik yang ia syukuri. Banyak hal-hal kecil justru tidak pernah dipikirkan oleh banyak orang dan dirinya sebelumnya. Hal kecil seperti bertemu dengan lingkungan pertemanan yang luar biasa baik adalah salah satu anugerah yang sangat tidak pernah ia pikirkan sebelumnya. Kesempatan menjadi salah satu Ketua Divisi di Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas menjadi kesempatan yang tidak akan ia sia-siakan.
Pola pikirnya mulai berubah dari hari kehari. Mungkin, jika tidak seperti ini jalannya, ia tidak akan menjadi sosok perempuan yang sekarang. Perempuan yang selalu memaknai segala hal kecil yang terjadi pada proses hidupnya. Banyak hal besar yang terjadi dibalik sebuah kegagalan.
*Marshella Oktabrina Saputri, Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi Unissula Semarang