Agung Wahyudi Biantoro mengkreasi alat deteksi dini banjir di Jakarta. Alat tersebut dinamakan Flood Early Detection System (FEDS). Ia telah meneliti cukup lama alat tersebut. Ia mengunakannya sebagai bahan disertasi kuliahnya di Program Doktor Teknik Sipil Unissula. Saat ini FEDS hasil kreasinya sedang dalam proses paten di Kemenkumham. Penelitian tentang FEDS tersebut juga berhasil dipublikasikannya diberbagai jurnal ilmiah internasional terindeks Scopus.
“Pemberitahuan serta deteksi dini mengenai banjir seringkali terlambat dan dikerjakan secara manual. Selain itu juga tidak terintegrasi dengan data hidroklimatologi, dan mitigasi bencana. Akibatnya bahaya banjir kurang dapat diantisipasi oleh daerah daerah yang ada di hulu sungai,” ungkapnya dalam ujian terbuka doktor di Fakultas Teknik Unissula, (24/12).
Dalam penyampaian informasi yang bersifat darurat, dibutuhkan sebuah sistem monitoring dan peringatan ke masyarakat. Sistem monitoring harusnya dapat dikases dengan mudah, cepat, dimana saja, dan kapan saja. Serta perlu adanya peringatan dini yang dapat menginformasikan kepada masyarakat bahwa peningkatan ketinggian air mencapai tingkat yang membahayakan. Agar masyarakat dapat mempersiapkan diri menghadapi banjir yang akan datang.
Lebih lanjut ia menjelaskan tujuan penelitiannya adalah untuk menganalisis waktu tiba banjir dengan berbagai macam metode, mendesain, merancang dan menganalisis kinerja alat FEDS. “FEDS suatu alat deteksi dini banjir yang hemat energi dan terjangkau,” ujar dosen Universitas Mercu Buana Jakarta tersebut.
Selain itu FEDS juga berguna untuk mengetahui prediksi luas genangan banjir di beberapa titik sekitar lokasi Jakarta. Metode yang digunakan berupa metode analisis waktu tiba banjir. Penggunaan aplikasi HEC-RAS dan metode eksperimen prancangan alat yang dilakukan di laboratorium kampus dan laboratorium lapangan.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pada metode time travel, waktu tempuh dari Katulampa, Bogor hingga MT Haryono, Jakarta sekitar 12,11jam. Sedangkan waktu tempuh dari Katulampa ke Depok sekitar 4,32 jam. Selanjutnya pada Metode Velocity (NRCS) waktu tempuh dari Katulampa hingga MT Haryono sekitar 11,99 jam. Sedangkan waktu tempuh dari Katulampa ke Depok sekitar 4,27 jam. Merujuk data sekunder di kantor SDA Katulampa, waktu tempuh antara Katulampa, Bogor menuju MT. Haryono, Jakarta adalah sekitar 12 jam.
Agung mempresentasikan penelitiannya di depan tim penguji. Para penguji yaitu Prof Slamet Imam Wahyudi DEA, Ir Moh Faiqun Niam MT PhD, Prof Ir Pratikso MSt PhD, Prof Dr Ir M Muhlisin MT, Prof Dr Ir Antonius MT, Ir Racmad Mudiono MT PhD, dan Dr Ir Soedarsono MSi.
Agung merupakan lulusan ke sembilan daro prodi Program Doktor Teknik Sipil, Fakultas Teknik Unissula.