Menu 

Rektor Unissula Pembicara Seminar Internasional di Surakarta

Friday, September 23rd, 2016 | Dilihat : 471 kali
seminar-multikultur-1

Gambar : Rektor Unissula (kiri)

Rektor Unissula Anis Malik Thoha Lc MA PhD menjadi pembicara dalam Seminar Internasional bertajuk “Multiculturalism, Nationalism and Islam: Indonesia, Turkey and Azerbaijan” yang diselenggarakan oleh IAIN Surakarta pada Rabu 21 Sepetember 2016 di Conference Hall Lorin Hotel, Surakarta. Pembicara lain Prof Dr Habib M Zarbaliyev dari Azerbaijan University of Language dan Dr Rashad Ilyasov PhD (Azerbaijan).

Menurut Anis Indonesia memiliki berbagai etnis dengan berbagai latar belakang agama, budaya, dan sosial yang berbeda. Sejumlah proses akulturasi dalam masa yang panjang telah membentuk keragaman bangsa Indonesia. Mulai abad III dengan Hinduisasi dan Budanisasi, abad VIII dengan terjadinya era Islamisasi, abad XVI abad dimana terjadi proses Kristenisasi, dan abad XX bangsa Indonesia mulai menggunakan Pancasila dan pada saat itu pula mulai terjadi westernisasi. Dalam proses akulturasi ini sejumlah etnis telah hidup bersama berdampingan dengan bangsa Indonesia antara lain terdiri dari Arab, Cina, dan India.

Polarisasi tentang keberagaman bangsa Indonesia pernah terjadi antara kalangan nasionalis-sekuler dan Islamic nationalist memperdebatkan penyusunan konstitusi pada 1950-1959. Di era orde baru pemerintahan Soeharto memberikan kesempatan besar kepada non-muslim terutama Chinese untuk menanamkan modal. Hal ini cukup mempengaruhi kehidupan ekonomi bangsa Indonesia, dimana gesekan-gesekan dengan etnis non-muslim mulai terjadi. Pasca kejatuhan rezim Soeharto pada 1998, berbagai ideologi bebas bergerak di Indonesia. Kehidupan bangsa Indonesia mulai dikendalikan oleh agen liberalisasi yang mulai mengenalkan konsep pluralisme agama dan multikulturalisme.

Bangsa Indonesia memang memiliki isu tentang imigran Arab tetapi problem yang kemudian timbul justru biasanya bersumber dari individu atau kelompok agama lain. Keberadaan etnis Arab atau muslim India biasanya diterima dengan baik sebagai saudara oleh umat Islam. Islam di Indonesia memiliki konsep yang sejak awal siap untuk hidup berdampingan dengan berbagai suku, ras, dan agama. Perbedaan-perbedaan tersebut merupakan bagian dari sunatullah dan tingkat ketakwaan manusialah yang menjadikan manusia berbeda di hadapan Allah. Pancasila, dasar negara Indonesia, seharusnya tidak memiliki masalah dengan Islam sebab konsep-konsepnya berasal dari konsep-konsep Islam dan mestinya ditafsirkan dengan menggunakan islamic worldview.

Sementara itu Zarbaliyev menyampaikan bahwa Azerbaijan merupakan sebuah negara yang memiliki multi etnis dengan keragaman yang cukup kompleks. Presiden Azerbaijan memiliki peran yang cukup besar untuk menjamin kekhasan masing-masing etnis tetap berkembang. Di sejumlah negara Eropa, seperti Perancis dan Inggris, garis politik untuk memelihara kondisi multikultural semacam ini telah runtuh, sementara Azerbaijan masih mampu untuk mengelolanya.

Related News