Diera Globalisasi saat ini banyak kekhawatiran bahwa budaya lokal akan punah, sehingga banyak pula yang mempertahankan dan melestarikan kearifan budaya lokal, namun ternyata tidak semua budaya lokal itu baik dan bisa diangkat secara global, karena ada beberapa kearifan lokal yang justru merusak tatanan masyarakat ketika itu dilestarikan. Oleh sebab itu Agama dalam hal ini Islam sebagai Rahmatan lil Alamin harus menjadi penyaring bagi budaya yang kurang baik. Hal itu disampaikan prof laode M Kamaludin saat menjadi pembicara dalam diskusi panel yang diselenggarakan oleh Akademi Ilmu pengetahuan Indonesia (AIPI) dan Forum Rektor Indonesia di Ruang Sidang senat Universitas Diponegoro Semarang Sabtu (13/10).
“Agama adalah backbon dari suatu kearifan lokal karena tidak semua kearifan lokal itu bisa diangkat secara global contohnya ada budaya disuatu daerah sebelum mengambil keputusan mereka selalu melakukan ritual minum-minuman keras, sampai mabok-mabokan, sesudah itu mereka baru mengambil keputusan. budaya seperti ini harus disaring oleh agama, nah agama yang mengatur dalam mengambil keputusan harus dalam kondisi yang baik sementara minuman keras adalah budaya yang tidak relevan dengan persoalan-persoalan yang sifatnya global itu. Dalam konteks ini Islam sebagai agama rahmatan lil alamin menjadi jawaban atas semua ini” jelas Rektor Unissula tersebut.
Prof Laode yang juga ketua Forum Rektor Indonesia (FRI) 2013 menambahkan, pentingnya peran teknologi informasi seperti internet untuk menyampaikan pesan-pesan budaya lokal tersebut.
“Yang jadi permasalahan adalah konten atau message yang mau disampaikan melalui teknologi itu yang kemudian agama memperkuatnya sehingga bisa diseleksi informasi-informasi yang cocok dengan budaya-budaya local khususnya masyarakat Indonesia. Karena Indonesia saat ini merupakan Negara pengguna Internet Terbesar ke empat setelah Cina, India dan Jepang yakni 30,9%”. Tandas Pria lulusan IOWA University Amerika Serikat tersebut.
Diskusi yang bertema “Transformasi Kearifan Budaya Lokal Menghadapi Tantangan Global” tersebut dihadiri juga Guru Besar seperti Prof. Eko Budiharjo, Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, Prof. Sudharto P.Hadi, Prof. Dr. Edy Sedyawati, ketua MUI Jawa tengah Dr.KH.Ahmad Darodji, M.Si dan Seniman Solo.