Menu 

Model Pendidikan Pesantren Harus Ikuti Zaman

Friday, February 24th, 2017 | Dilihat : 252 kali

_MG_2084

Unissula bekerjasama dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jateng mengadakan halaqoh pengasuh pondok pesantren se-Jateng dengan tema ” Ponpes sebagai pilar tafaqquh fiddin dalam mengkaji kitab kuning”. Acara tersebut berlangsung di Aula Gedung Bersama lantai 10 selama dua hari. (22/2).

Dalam agenda pembukaan Rektor Unissula, H Anis Malik Thoha Lc MA Phd mengatakan bahwa pendidikan pesantren penting untuk dilestarikan dan dikembangkan. Hal ini bisa dilakukan dengan cara merevitalisasikan model pendidikan pesantren sesuai dengan perkembangan zaman.

”Diharapkan pesantren mempunyai terobosan yang cerdas, sebagai lembaga pendidikan yang tumbuh yang alami dan sesuai tuntutan zaman dan masyarakat. Pengelola pondok pesantren (ponpes) harus mempunyai kemampuan untuk mengembangkannya, sehingga akan menghasilkan santri dan ilmuwan-ilmuwan yang besar,” jelas Rektor.

Menurut rektor, pendekatan pola pendidikan bisa dilakukan dengan metode-metode yang berkontribusi dengan perkembangan, sesuai dengan peradaban Islam di era modern. Intinya, Islami yang integral antara pengetahuan-pengetahuan modern dengan nilai-nilai ke-Islaman, sesuai dengan Alquran. Sehingga juga mampu menangkal gempuran arus dari dunia Barat. ”Ini seperti yang dilakukan oleh Unissula dengan menggabungkan pola pendidikan pesantren dengan modern,” jelasnya.

Sementara itu, Ketua MUI Jateng, Dr KH Ahmad Daroji menegaskan, kemajuan di bidang IT, memiliki sisi positif dan negatif. Contohnya, saat ini untuk mempercepat mencari segala informasi, di antaranya tentang agama, bisa dengan mudah membuka situs google.

Namun, menurutnya,  jawaban atau informasi tersebut tidak serta merta bisa menjadi rujukan. Di satu sisi, tak menutup kemungkinan saat ini ada orang-orang yang memberi fatwa namun tidak paham Islam yang sebenarnya.

”Yang benar adalah merujuk pada Alquran, hadis, dan pendapat-pendapat ulama terdahulu. Dan semuanya itu, bisa dipelajari di ponpes. Oleh karena itulah, kyai dan guru-guru serta elemen pengajar di ponpes harus bisa mendidik santrinya, lewat pembelajaran yang benar dan berkualitas. Termasuk membangkitkan kembali kitab kuning untuk menjadi pijakan dan sumber-sumber fiqih,” jelasnya di hadapan pengasuh ponpes dan ketua MUI kabupaten/kota se-Jateng ini

Related News