Maka semenjak itu, hari-harinya dipenuhi dengan semangat mewujudkan mimpi-mimpinya. Dan kemudian, target demi target yang dia tulis itu menjadi kenyataan. Ketika dia menuliskan tentang keinginannya melihat indahnya dasar lautan, ia kemudian mendapatkan sertifikat internasional scuba diver A1. Ketika dia menulis ingin mengikuti PIMNAS (Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional) maka yang ia dapat adalah dua kali menjadi juara di perhelatan cendekiawan muda Indonesia tersebut. Ketika dia menulis ingin menjadi yang terbaik di kelasnya, kenyataannya ia berhasil melewati mimpi itu. Dia menjadi mahasiswa terbaik bukan hanya di universitasnya, namun menjadi yang terbaik di seluruh Indonesia pada perhelatan Final Mahasiswa Berprestasi Tingkat Nasional.
Ketika dia bermimpi untuk bisa merasakan atmosfir pendidikan di luar negeri, dia berkesempatan menjadi research student selama setahun di Jepang. Bahkan dia mencapai salah satu targetnya mendaki salah satu puncak gunung tertinggi di dunia, yaitu gunung Fuji. Dan kini, dia sedang berjuang meraih mimpi berikutnya yaitu meraih gelar Doctor di Jepang.
Dialah sosok Danang Ambar Prabowo. Sesosok mahasiswa berperestasi yang mampu menginspirasi banyak orang untuk meraih mimpi-mimpinya. Dalam tulisannya di Pembuat Jejak, dia menulis bahwa dia pernah melewati berbagai rintangan hidup. Bahkan menjadi seorang tukang sapu pun pernah dia lakukan. Kini, berbagai penghargaan telah dia raih. Namun dia tetap menjadi sosok yang ramah, bersahaja dan menginspirasi.
Ada sosok lain yang juga bisa menjadi inspirasi. Dia adalah juara mahasiswa berprestasi tingkat Jawa Tengah tahun 2011. Pada awalnya dia bukanlah siapa-siapa. Pada awal Kuliah pun prestasi yang dia raih biasa-biasa saja. Namun,kemudian dia mendapatkan sebuah titik balik di tahun kedua dia kuliah. Mendapat inspirasi dari beberapa kakak tingkatnya, dia mulai berani bermimpi. Mimpi seorang anak penjual boneka dari Kaligawe. Mimpinya saat itu, ingin mengikuti seleksi mahasiswa berprestasi di universitas. Mimpi itu kemudian menggerakannya meraih prestasi-prestasi lain dan juga mengantarkannya menjadi duta Indonesia di berbagai ajang bergengsi tingkat dunia.
Malaysia menjadi persinggahan pertamanya ketika menjadi duta budaya Indonesia di pertemuan pemuda Asia Tenggara. Bahkan ia menjadi satu-satunya perwakilan dari perguruan tinggi swasta di Indonesia. Kemudian dengan modal kenalan, dia mengikuti ajang World MUN di Singapura. Kesempatan ini didapatnya setelah menjadi perwakilan Unissula pada ajang serupa di tingkat nasional. Dan yang paling membuatnya bahagia adalah kesempatannya melakukan presentasi hasil karya ilmiahnya di Jerman. Semuanya ia dapat dengan modal semangat. Sosoknya yang pendiam akan berubah menjadi singa ketika berada di ruang debat. Yang kemudian mengantarkannya menjadi yang terbaik di Jawa Tengah. Anak pendiam itu bernama Ifan Rikhza Auladi. Mahasiswa dari fakultas yang baru saja berdiri di tahun 2007, yaitu Fakultas Bahasa Unissula.
Kekuatan mimpi
Tentu kita tidak akan lupa akan kalimat dahsyat yang menjadikan buku Sang Pemimpi, salah satu best seller dan incaran banyak penikmat buku. Kalimat itu diucapkan oleh Arai. Dengan elegan dia berucap kepada Ikal, “Bermimpilah maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu”. Dengan segala keterbatasannya dia berhasil meneruskan kuliahnya ke Sorbonne, Perancis. Bersama Ikal, mereka mewujudkan mimpi yang dibangun oleh Pak Balia dan bahkan mampu berkeliling Eropa dengan modal terbatas.
Ada juga si Alif dalam Negeri 5 Menara dan Ranah 3 Warna. Dengan mantra ajaib “Man Jadda wajada” dan “Man Shabara Zhafira” dia mampu meraih berbagai beasiswa untuk bisa mengecap pendidikan di luar negeri. Mimpinya yang dibangun dari pesantren madani, mampu membawa Alif dan para Sahibul Menara bergerak dan bersemangat meraih mimpi-mimpi mereka satu demi satu.
Jenis mimpi
Ada mimpi yang disebut adhghaatsu ahlaam yaitu mimpi kalut, mimpi kosong, bunga tidur yang tidak berbuah dan tidak berbiji. Ini seperti komentar punggawa Mesir atas mimpi sang raja dalam kisah nabi Yusuf. Atau mungkin seperti mimpi kebanyakan orang ketika terlelap di malam hari.
Tetapi ada juga ru’yah shadiqah, yaitu mimpi yang benar. Dan dengan ta’wil Nabi Yusuf, mimpi sang raja tentang 14 sapi dan 14 runggai gandum adalah mimpi yang benar. Tentang mimpi ini, Rasulullah pernah menyatakan bahwa mimpi seorang mukmin adalah seperempatpuluh enam bagian dari kenabian. Demikian Imam Muslim meriwayatkan dari Anas ibn Malik. Ada contoh lain dari ru’yah shadiqah yang bersih dan mulia menjadi keyakinan yang dipegangi dengan mantap dalam mencari ridha Allah dan mampu menjadi lecut cambuk dalam berjuang mengarungi kehidupan. Seperti mimpi Ibrahim untuk menyembelih Isma’il. Atau mimpi Yusuf melihat 11 bintang, matahari, dan bulan yang bersujud kepadanya. Atau mimpi ‘Abdullah ibn Zaid ibn ‘Abdi Rabbih tentang lafazh adzan. Ada juga mimpi Rasulullah menjelang perang Uhud.
Mengubah mimpi menjadi cita-cita
Mimpi adalah bagian terindah dan terendah dari visi. Jika kita hendak menaikannya menjadi satu tingkat, jadikanlah ia cita-cita. Cita-cita adalah mimpi yang bertanggal. Maka tentunya kita harus menentukan waktu untuk mewujudkannya. Theodore Hertzl di tahun 1898 mengubah mimpinya menjadi cita-cita. Katanya, “Hari ini kuproklamasikan Negara Yahudi raya di Palestina. Hari ini memang sangat pantas aku ditertawakan. Tapi selambat-lambatnya 50 tahun lagi, aku yakin bahwa mereka yang mengabdi untuk Zionisme lah yang akan tertawa.” Meski jahat, mimpinya menjadi kenyataan. Meski keji, cita-citanya terbukti. Dan Israel berdiri di tahun 1948.
Atau seperti halnya mimpi Martin Luther King tentang persamaan derajat kulit hitam dengan putih. Kalimat “Saya mempunyai mimpi” yang diucapkan 8 kali dalam sebuah pidato paling fenomenal “I have a dream” di depan 200-an ribu massa kulit hitam di Lincoln Memorial Washington DC pada 28 Agustus 1963 menjadi visi bersama kaum kulit hitam hingga saat ini.
Kini, 44 tahun setelah aksi itu, seorang kulit hitam bernama Barack Obama maju mencalonkan diri menjadi Presiden AS ke-44. “Bila kau bisa membayangkan, kau bisa mencapainya. Bila kau bisa mengimpikannya, kau bisa menjadi itu,” kata William Arthur Ward.
Mimpi Unissula
Unissula memiliki sebuah mimpi yang mestinya akan naik tingkat menjadi cita-cita, yaitu menjadi Universitas Islam berkelas dunia. Geliatnya yang rupawan dalam satu dekade ini mampu menempatkannya menjadi perguruan tinggi swasta terbaik se Jawa Tengah (Tim Riset Tempo 2010). Tantangannya sekarang adalah menempatkan Unissula ke dalam tingkatan yang lebih tinggi. Bukan hal yang mudah tapi juga bukan hal yang mustahil.
Ada suatu analisis futuristik yang dikeluarkan pada Desember 2004 lalu oleh National Intelligence Council (NIC). NIC adalah lembaga pemikir strategis jangka menengah-panjang dalam Komunitas Intelijen (IC/Intelligence Community) Amerika Serikat. IC merupakan gabungan 16 kesatuan intelijen AS seperti CIA dan sub unit Departemen Pertahanan, Energi, Luar Negeri, Kehakiman (DEA dan FBI), Keamanan Dalam Negeri, dan Keuangan. Meski NIC dipenuhi oleh orang-orang senior IC, institusi ini sering meminta pendapat dari para akademisi, lembaga kajian swasta, dan pelaku bisnis.
Dua laporan terpenting yang dikeluarkan oleh NIC adalah National Intelligence Estimate (NIE) dan Global Briefing (Global Trends). Global Briefing yang memuat penilaian NIC tentang konstelasi kekuatan-kekuatan global dan geostrategisnya dikeluarkan tiap lima tahun. Tiga edisi sudah dihasilkan: Global Trends 2010, Global Trends 2015, dan Mapping the Global Future 2020. Dalam Global Trends 2010 dan 2015, nama Indonesia disebut secara samar-samar sebagai pesaing. Namun dalam Mapping the Global Future 2020, NIC jelas-jelas menyebut Indonesia bersama China, India, dan Brasil akan menjadi arriviste power (kekuatan mendatang). Tentu saja, keempatnya menjadi penantang hegemoni AS.
Maka dengan mengambil semangat analisa tersebut, sudah sepantasnya dalam jarak satu dekade ke depan, Unissula mempersiapkan diri secara serius untuk menjadi universitas berkelas dunia. Mimpi yang ditingkatkan menjadi cita-cita dan kemudian menjadi nafas gerak segenap civitas akademika akan menjadi sebuah semangat massif untuk menunjukan bahwa universitas ini pantas untuk menjadi rujukan dunia. Bukankah nantinya Indonesia akan membutuhkan pemikir-pemikir dan pejuang-pejuang berkelas dunia untuk bisa mewujudkan prediksi dari NIC? akan menjadi suatu hal yang bodoh jika mahasiswa-mahasiswa Unissula tidak mampu menyongsong kebangkitan ini dengan menghasilkan Generasi Khaira Ummah, generasi yang digadang-gadang mampu memberikan solusi terhadap kekacauan dunia saat ini.
*) Asisten Wakil Rektor 3 Unissula