Mahasiswa Fakultas Hukum Unissula, Halimatus Saadah telah menyelesaikan tugasnya sebagai satu satunya delegasi Indonesia di ajang internatinal next generation global leader conference di Suwon Korea Selatan pada (3-8/10). Mahasiswa semester lima tersebut bahkan mendapatkan dua penghargaan dalam kategori presentator terbaik dan peserta terbaik. Ia berangkat disponsori oleh Dejavato Foundation, dan UPT Hubungan Dalam Dan Luar Negeri Unissula.
Konferensi tersebut dihadiri oleh mahasiswa mahasiswa terbaik dari seluruh dunia yang telah lolos dalam seleksi awal yang sangat ketat di negara masing masing. Adapun yang diujikan antara lain kemampuan bahasa Inggris dan presentasi makalah yang di uji oleh juri dari lintas negara.
Mereka yang terpilih mengikuti konferensi antara lain dari Amerika Serikat (7 delegasi), Inggris (1), Jerman (2), Perancis (9), Jepang (4), Rusia (1), Indonesia (1), Taiwan (4), Mexico (1), India (1), Cina (2), Israel (1), dan Korea (39). Mereka membahasa berbagai agenda penting antara lain Politik dan hak asasi manusia, Lingkungan, Sains dan teknologi, Literature, dan Seni dan budaya. Semua peserta juga mendapat tugas sebagai ambasador dari Provinsi Gyeonggi 2011-2013.
Konferensi tersebut juga dihadiri oleh Gubernur Provinsi Gyeonggi: Mr Kim Moon-Soo, Rektor dari Universitas Kyeonggi Mr Choi Ho-Joon, Manager of Youth Exchange Student International Ms Jihyun Park, President of ADT’s Company Mr Bradley Buckwalter, Komisi Press Arbitrasi (the chairman) Mr Gwon-Sung, Hakim Mahkamah Konstitusi Korea, Mr Seong Kwon, dan seorang sutradara terkemuka Korea yaitu Mr Sungsan Jung.
Acara tersebut bertujuan bagaimana para pemuda ikut kritis memikirkan permasalahan dan persoalan dunia. Selama ini yang diketahui bahwa masih banyak pemuda-pemuda dari berbagai belahan dunia acuh tak acuh dan kurang peka terhadap permasalahan sosial, keadaan lingkungan, perkembangan teknologi sains, dll. Sedangkan mereka yang konsen pada permasalahan tersebut secara alamiah tidak lagi muda sehingga sudah saatnya para pemuda unjuk gigi dan kritis menyikapi permasalahan dan peka terhadap keadaan sekitar. Serta turut ikut andil dan berperan dalam rangka mempersiapkan diri untuk menjadi calon pemimpin-pemimpin dunia.
Adapun Halimatus Saadah mempresentasikan gagasan tentang bagaimana setelah 32 tahun Konvensi anti Diskriminasi dan Kekerasan terhadap wanita telah berjalan sedemikian lamanya, namun tetap saja diskriminasi gender tetap melanda pada wanita di berbagai belahan negara. ”Saya di sana menyuarakan dan memperjuangkan hak-hak wanita untuk menghapuskan segala bentuk diskriminasi dan kekerasan terhadap wanita. Banyak laki-laki yang salah kaprah mengenai arti perjuangan ini, bahwa dengan adanya emansipasi, wanita melupakan kodratnya. Itu sama sekali tidak benar” Ujarnya.
Masih menurutnya ”Yang kami perjuangkan disini adalah bagaimana wanita memperoleh hak-hak dan kewajiban yang sama seperti pria. Tidak ada lagi kekerasan dalam rumah tangga, tidak ada lagi pelecehan seksual, tidak ada lagi diskriminasi di tempat kerja, tidak ada lagi diskriminasi upah di tempat kerja, tidak ada lagi pemaksaan pernikahan pada usia dini. Kami wanita, memperoleh hak yang sama untuk mengenyam pendidikan. Apa yang laki-laki bisa lakukan, wanitapun bisa melakukannya. We can do it! Wanita pun layak untuk menjadi pemimpin suatu negara tanpa melupakan kodratnya sebagai wanita maupun ibu.”
Presentasi yang disampaikan mendapat sambutan positif bahkan diangkat untuk presentasi team (politics & human rights), dan para peserta dari non-politics dan human rights sepakat akan perlunya untuk terus memperjuangkan dan menyuarakan hak-hak wanita, anti kekerasan dan anti diskriminasi terhadap wanita. Agar wanita tidak lagi dianggap remeh ataupun dipandang sebelah mata.
Selama mengikuti konferensi ia mengaku banyak belajar dari berbagai disiplin ilmu yang lain. Tentang Lingkungan, sains dan teknologi, buku-buku (literature), seni dan budaya. Belajar menjadi sangat menyenangkan meskipun cuaca disana sangat dingin. Jauh-jauh hari sebelumnya ia memang sudah menyukai budaya dan bahasa Korea. ”Saya di sana belajar banyak hal mengenai kehidupan orang-orang Korea, juga mengunjungi beberapa tempat yang menarik seperti benteng, istana, dan saya juga memakai pakaian tradisional Korea yaitu Hangbok. Beberapa festival, dan pasar tempat barang-barang antik seperti Insadong.
”Perasaan saya sangat senang sekali, karena dari dulu saya ingin pergi ke Korea. Dan Alhamdulillah kesempatan itu datang melalui pihak Dejavato Foundation. Saya berterima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan saya kesempatan. Khususnya kepada pak Ketut Purwantoro and friends dari pihak Dejavato. Ms Tina Eder sebagai juri asing dari Austria. Serta Fakultas Hukum Unissula dan bagian kerjasama dalam dan luar negeri Unissula yang punya komitmen kuat untuk memberikan kesempatan pada mahasiswa Unissula berprestasi dan berkiprah di dunia internasional.
Saat ditanya apakah ia punya kiat khusus agar bisa mengikuti konperensi semacam ini. ”Saya tidak memiliki khusus atau sesuatu apapun karena memang pada dasarnya saya bukanlah orang yang menonjol ataupun terlihat mencolok baik di kelas maupun di Fakultas Hukum Unissula, saya hanya berusaha untuk menjadi diri sendiri dan memanfaatkan semua peluang yang positif untuk mengembangkan diri.” Ujarnya.
Ia juga bersyukur di Unissula ada banyak organisasi mahasiswa yang bisa membantu untuk mengembangkan diri ”Saya ikut organisasi Mahasiswa Pencinta Alam Fakultas Hukum (MAPAKUM). Saya banyak berlatih dan belajar di MAPAKUM, saya mendapatkan tempaan mental yang luar biasa sehingga saya tidak perlu takut ataupun khawatir harus pergi sendirian keluar negeri. Berani namun tetap harus pandai menjaga diri.” Ujarnya.
”Harapan saya ke depan adalah , semoga Unissula yang punya jaringan luas di luar negri dapat memberikan jalan bagi saya bersekolah di Korea.”
Gambar :
Halimatus Saadah berkesempatan berfoto bersama dua mentor koferensi. Paling (Kiri) Mr. Bradley Buckwalter President Of ADT’s Company, paling (kanan) Mr Seong Kwon Hakim Mahkamah Konstitusi Korea