Mahasiswa baru Unissula yang mengikuti kuliah umum yang disampaikan oleh Prof Dr Irwandi Jaswir pada Rabu pagi (17/9). Kuliah umum tersebut diwajibkan bagi maba yang belajar di fakultas-fakultas ilmu kesehatan dan ilmu sains. Sedangkan maba untuk fakultas-fakultas ilmu sosial, telah mengikuti kuliah umum oleh Mensos RI, Jum’at (12/9) lalu. Tema dari Kuliah Umum tersebut adalah Integrating Islamic Values Into Science, Technology And Medicine.
Prof Dr Irwandi Jaswir adalah seorang ahli di bidang teknik Boteknologi dari IIUM (Internasional Islamic University of Malaysia), dan merupakan leader dari INHART (International Institute for Halal Research and Training). Sebelum kuliah umum dimulai, Rektor Unissula, H Anis Malik Thoha Lc MA PhD memberikan sambutan dan mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Prof. Dr. Irwandi Jaswir yang berkenan hadir dan memberikan kuliah kepada maba Unissula. “selamat datang Prof. Irwandi Jaswir di kampus Islam Unissula Semarang. Dan saya ucapkan terima kasih banyak atas kehadiran dan kesediaan prof. Irwandi”. Ucap Anis. Ia juga menyampaikan betapa pentingnya penelitian atau riset, dan pengintegrasian nilai-nilai Islam dalam riset tersebut agar bemanfaat bagi umat. “Riset atau penelitian itu memang sangat penting, namun yang lebih penting adalah mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam penelitian tersebut. Sehingga hasil dari penelitian atau riset itu berguna bagi umat dan menjadi Rahmatan lil ‘Alamin”, terang Anis.
Irwandi mengawali kuliahnya dengan menyadarkan mahasiswa, akan negara-negara Islam yang masih berada dibelakang. Negara-negara yang maju dan berkuasa di dunia saat ini justeru negara-negara non Islam. “mengapa negara-negara yang maju saat ini justeru bukan negara-negara Islam? Karena negara-negara Islam belum mendukung penuh yang namanya Riset atau penelitian”, kata Irwandi. Irwandi menerangkan bahwa penelitianlah yang menjadikan seseorang menemukan sesuatu yang baru sehingga bisa berinovasi. “Negara-negara Islam di dunia, masih banyak yang berlaku sebagai konsumen, hanya pemakai dan belum bisa menemukan. Seperti contoh Indonesia, di sini kan mayoritas Muslim penghuninya, dan belum banyak penelitian-penelitian yang berkembang dan didukung pemerintah, kita masih saja menjadi pemakai. Bahkan Indonesia menjadi negara dengan pengguna Facebook nomor dua sedunia, dengan 41 juta akun dan dari 41 juta tersebut sebagian besar adalah remaja berusia 18-25 tahun. Itu masa-masa yang sangat produktif seharusnya. Dan Indonesia merupakan negara dengan pengguna twitter terbersar nomor lima sedunia, dengan jumlah akun 21 juta. Entah kita harus berbangga atau bersedih dengan kenyataan tersebut”, terang Irwandi.
Dengan menunjukkan slide yang bergambar para penemu teknologi, seperti penemu facebook, apple, microsoft, Irwandi membakar semangat para mahasiswa yang hadir untuk senantiasa berinovasi. Karena hanya dengan penelitian orang-orang dapat berinovasi dan mengubah mindset dari pengguna menjadi pencipta.
Irwandi juga menceritakan tentang penelitiannya yang saat ini sedang ditekuni dan sangat membantu umat Islam dalam hal membedakan makanan halal dan haram. Saat ini ia sedang meneliti kandungan haram yang terkandung dalam produk-produk yang beredar di Masyarakat. Karena memang sampai saat ini semakin banyak hasil produk-produk yang mengandung bahan-bahan tidak halal. tidak hanya makanan, namun juga kosmetik, barang-barang farmasi atau obat-obatan. “saat ini banyak sekali produk-produk yang dicampur dengan barang haram. Tidak hanya makanan, non food juga banyak, seperti kosmetik dan barang farmasi. Seperti contoh Gelatin, gelatin yang kita tahu adalah ekstrak dari tulang dan kulit hewan yang biasanya di campur pada kosmetik. Nah sampai saat ini, gelatin terbaik masih dihasilkan oleh babi. Seperti inilah pentingnya meneliti, tanpa riset kita tidak akan tau kan?”, terang Irwandi.
Saat ini Lembaga yang dipimpinnya telah menciptakan alat pendeteksi kandungan haram dari suatu produk melalui aroma, atau disebut electronic noose. “saat ini kami sedang berinovasi menciptakan alat yang dapat mendeteksi kandungan haram melalui aromanya, yaitu electronic noose. Jika sudah siap, nanti alat ini akan di produksi masal dan dijual di pasaran”.
Irwandi menutup kuliahnya dengan sekali lagi mengajak pada semua mahasiswa untuk mengubah mindset, dari pengguna menjadi pencipta. Salah satunya melalui riset dan berinovasi dari hasil riset tersebut. “Dunia menunggu scientist atau ilmuan-ilmuan Islam yang mampu berinovasi. Mari kita ubah mindset dari pengguna menjadi pencipta. Banyak lakukan penelitian, sehingga kita mengetahui hal baru dan dapat berinovasi. Dengan hasil-hasil tersebut, maka kita akan bermanfaat bagi masyarakat dan umat Islam. Terlebih kita dari Universitas Islam, kita tidak boleh hanya memikirkan diri sendiri. tanggung jawab kita bukan hanya diri sendiri dan masyarakat sekitar, tapi Umat muslim sedunia”, Tutup Irwandi. Acara kuliah umum tersebut diakhiri dengan penyerahan kenang-kenangan dari Unissula kepada Prof Dr Irwandi Jaswir.