”Saya baru pertama kali melihat dan memainkan alat musik ini. Saya sangat tertarik dan ingin belajar lebih banyak lagi,” demikian ungkap Kang Min Zyu, mahasiswa Busan University, Korea usai mencoba memainkan angklung, di Unissula, Kamis (31/1). Dia datang ke Unissula, dalam kegiatan Korea-Indonesia Cultural Exchange day, yang difasilitasi oleh Javato Foundation. Bersama 20 mahasiswa dari berbagai universitas di korea Selatan, dia bertandang ke Semarang selama 10 hari.
Selain Kang Mi Zyu, hal sama juga diakui oleh Lee Ji Hye, mahasiswa Kyung Sun of University. Dia bahkan mecoba memainkan permainan tradisional congklak (dakon), bola bekel, dan permainan tongkat bambu di pelataran Perpustakaan Unissula. ”Saya sangat senang ke Indonesia. Budaya Indonesia sangat beraneka ragam, saya tertarik. Sebelum ke Unissula, kami juga melakukan kunjungan ke sejumlah sekolah untuk melakukan kegiatan sosial, diantaranya mengajarkan anak-anak menggunakan toilet dengan bersih.
Untuk permainan asli Indonesia, awalnya saya kesulitan, namun akhirnya bisa, termasuk bermain kelereng,” jelas mahasiswa jurusan periklanan ini. Meski begitu, dalam kesempatan di Unissula para remaja Korea Selatan juga unjuk kebolehan dengan menari K-Pop, yang diiringi musik.
Sejumlah mahasiswa Unissula juga tidak kalah serunya, menampilkan tarian Saman dari Aceh dan acapela, Angklung, menunjukan permainan tradisional seperti dakon, Congklak, bekel dll. Acara pertukaran budaya ini menurut Eko Wahyudi, Koordinator Javato Foundation, merupakan sharing budaya dua negara antar remaja. ”Sehingga mereka bisa saling mengenal budaya, termasuk tarian, permainan, dan makanan tradisional antar dua negara tersebut,” jelasnya.