Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) Fakultas Bahasa dan Ilmu Komunikasi (FBIK) Unissula siap menindaklanjuti program English for Tourism (EfT) berbasis kearifan lokal bagi Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Ki Tanu Wijoyo Desa ‘Menari’ Ngrawan Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang, yang merupakan satu dari sebelas desa binaan Unissula.
“Ya pada dasarnya kami siap support program yang telah dirancang Tim PkM masing-masing prodi di lingkungan fakultas kami.” Komentar Hartono SS M.Pd selaku Dekan FBIK, “Apalagi pelatihan EfT sudah dilaksanakan cukup lama, yaitu mulai tahun 2016. Setiap tahun setidaknya dilaksanakan dua kali (tahap). Untuk tahun 2018 kedua tahapan tersebut telah dilaksanakan dalam Bulan April dan Juni 2018,” lanjutnya.
Pelatihan ESP diikuti oleh anggota pokdarwis yaitu sekitar 20 orang. Mereka membutuhkan pelatihan bahasa Inggris khusus pariwisata agar dapat memberikan pelayanan lebih prima kepada wisatawan khususnya yang datang dari manca negara.
Selama ini animo wisatawan dari manca negara yang berkunjung ke obyek Wisata Desa Menari Ngrawan, Getasan, Kabupaten Semarang menunjukkan peningkatan yang relatif cukup menggembirakan. Sayangnya hal ini tidak didukung dengan ketrampilan Bahasa Inggris khusus pariwisata bagi para pemandu wisata.
“Itulah permasalahannya, para pemandu wisata kami tidak menguasai bahasa Inggris, sehingga para wisatawan terpaksa membawa pemandu wisata sendiri, kebanyakan mahasiswa jurusan bahasa Inggris.” Kata Kang Tris, seorang sarjana psikologi yang sekaligus menjadi pelopor berdirinya Desa Menari saat diminta komentarnya tentang kesiapan Desa Menari dalam menyongsong tututan dunia wisata di era global.
Proses pembelajaran EfT ‘Pariwisata’ yang dirancang berbasis kearifan lokal ini dimaksudkan untuk mengenalkan bahasa Inggris kepada para pemandu wisata dalam melayani para wisatawan manca negara dengan ketrampilan bahasa Inggris yang berterima, namun tetap memelihara kearifan dengan tetap berpegang pada adat istiadat dan kesopanan sebagai ciri khas masyarakat setempat.
“Sementara ini para peserta mengalami kesulitan dalam pengucapan kata bahasa Inggris, maklum rata-rata mereka berpendikan tidak begitu tinggi,” kata Idha Nurhamidah SS MHum
salah satu mentor bahasa Inggris saat ditanya tentang kesulitan utama para peserta pelatihan EfT.
“Harus sabar dan telaten, agar dapat sedikitnya mengucapkan kata bahasa Inggris sebab bahasa Inggri kan bahasa asing di Indonesia,” lanjut Bu Fina, mentor yang master sastra Inggris lulusan dari Macquarie University Australia.
Para peserta terlihat antusias mengikuti pelatihan, mereka berusaha keras untuk dapat mengucapkan daftar kata-kata bahasa Inggris dengan baik dan benar, kemudian dilatih merangkum kalimat singkat yang nantinya dapat digunakan saat memandu wisata.
Oleh karena itu pihak kampus Unissula siap menindak lanjuti program pelatihan tersebut dengan melakukan evaluasi secara berkala ke lokasi, untuk melihat adakah perubahan signifikan tentang penggunaan bahasa Inggris di tempat Wisata Desa Menari.
“Intinya”, kata Desta, Kaprogdi Sastra Inggris, “kami akan identifikasi lagi permasalahan di lapangan. Bilamana mungkin kami akan terjun lagi memberikan motivasi agar para pegiat wisata dapat lebih termotivasi dalam mengembangkan diri, terutama menyangkut ketrampilan berbahasa Inggris”