Tiga mahasiswa prodi Pendidikan Agama Islam dan Teknik Elektro Unissula berhasil menciptakan alat bantu untuk shalat berjamaah bagi penyandang disabilitas rungu. Alat yang diberi nama Gelang Getar Shalat (GGS) ini berhasil mengantarkan Wa Ode Anastasia Septiana, Muqtafa Amirul Wildan, dan Cahrudin menuju Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) 2018 di Yogyakarta pada 28 Agustus – 2 September.
Gelang Getar Shalat merupakan seperangkat device yang terdiri dari dua buah gelang, yaitu gelang imam dan gelang makmum. Gelang imam berfungsi untuk menangkap gerakan shalat imam. Sinyal tersebut kemudian dikirimkan kepada gelang makmum dan membuat gelang makmum bergetar. Tujuan utama dari pembuatan GGS adalah untuk mengabarkan perubahan gerak imam kepada penyandang disabilitas rungu, sehingga mereka dapat mengikuti gerakan imam tanpa harus melirik makmum lainnya.
Dalam pembuatannya, gelang imam yang dilengkapi oleh sensor jarak dan mikrokontroler bertugas untuk menangkap perubahan gerakan imam. Perubahan gerak ini kemudian dikomunikasikan kepada gelang makmum dengan bantuan Modul NRF24L01 yang ada pada kedua gelang. “Ketika rangsangan diterima oleh gelang makmun, maka vibrator pada gelang tersebut akan bergetar. Getaran inilah yang memberi kabar kepada makmum disabilitas rungu bahwa imam telah berubah gerakan.” Kata Wa Ode selaku ketua tim.
Pada Jumat (17/8) lalu, tim GGS mendapat kesempatan untuk memppresentasikan dan menguji coba alat ini pada komunitas tuli di dalam Jamaah Tabligh Semarang. Dalam kesempatan tersebut, GGS mendapat sambutan hangat dari para penyandang disabilitas rungu, “Kami sangat bersyukur dengan adanya alat GGS ini karena sangat membantu kami dalam menjalankan ibadah shalat berjamaah. GGS ini sangat nyaman dipakai dan tidak mengganggu saat shalat. Semoga GGS ini bisa terus dikembangkan dan membantu jama’ah tuli muslim lainnya dalam shalat berjamaah dan beajar islam,” ujar salah satu anggota.
Tim GGS berharap alat ini dapat membantu meningkatkan kekhusyukan penyandang disabilitas rungu dalam melaksanakan ibadah shalat berjamaah. Selain itu, sosialisasi alat ini juga diharapkan mampu menumbuhkan kepedulian organisasi Islam dalam mengayomi jamaah disabilitas rungu di Indonesia, terutama dalam aspek ibadah.
Aisyah Ardani yang merupakan penyandang disabilitas menutukan bahwa poin plus pada alat ini adalah dari sisi humanisnya. “Kami ingin menciptakan alat yang memanusiakan manusia, terutama teman-teman tuli. Sedangkan sekarang banyak teknologi yang canggih, tapi kurang nilai humanismenya.” Ungkap Aisyah.
Terkait dengan pesiapan menuju Pimnas, melalui arahan dari dosen pembimbing Moh Farhan SPdI SHum MPdI, Aisyah mengaku mempersiapkan yang terbaik yang bisa dilakukan, baik dengan memperbaiki alat, membuat poster, laporan, ppt dan presentasi. “kami berusaha semaksimal mungkin untuk mengharumkan nama Unissula. Hasilnya diserahkan pada Allah.” Pungkasnya.