Aisyah Ardani, mahasiswi angkatan 2016 prodi Tarbiyah Fakultas Agama Islam menjuarai lomba cabang desain photoshop dan public speaking pada kegiatan Jambore TIK kategori remaja dan dewasa dengan disabilitas 2017 yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (7-10/11. Acara tersebut diperuntukan bagi peserta dengan disabilitas (penglihatan, pendengaran, fisik dan intelektual).
Menurut Ais demikian biasanya ia di sapa, jambore berisi pelatihan TIK bagi remaja dan dewasa penyandang disabilitas. “Setelah pelatihan, dilanjutkan dengan kompetisi terkait dengan skill yang sudah dilatihkan kepada para peserta, seperti Ms Excel, Ms Word, Ms Powerpoint, public speaking, internet adobe photoshop, dan cerpen interaktif. Saya mengikuti lomba desain flyer dengan adobe photoshop, kemudian dipresentasikan dihadapan para juri. Alhamdulillah mendapatkan juara II.” Tutur Ais.
Penilaian didasarkan dua aspek yakni hasil karya desain dan public speaking skill ketika mempresentasikan karyanya. Atas capaian tersebut ia berhak mendapat hadiah Rp 2 juta.
Untuk bisa sampai pada tahap jambore regional, ia harus melalui seleksi dari 500 peserta dari 34 propinsi di Indonesia disaring menjadi 100 peserta. Ia lolos ke 100 besar tingkat Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara yang diselenggarakan di Yogyakarta. Jambore ini digelar di enam kota di Indonesia di antaranya Jayapura, Palembang, Manado, Balikpapan, Yogyakarta, dan Jakarta.
Juara Kelompok
Selain kompetisi individu, menurutnya ada juga kompetisi kategori kelompok “Peserta dibentuk dalam kelompok kecil yang terdiri dari 5 orang yang berbeda kebutuhan. Dua tunanetra, dua tunarungu, dan saya sendiri. Kami ditantang untuk membuat slide presentasi dengan tema yang telah ditentukan.” Ungkapnya.
Penilaian utama adalah pada kerjasama. “Kami diberi waktu 1 jam untuk saling berkomunikasi. Saya menjadi penghubung bagi rekan satu tim agar bisa saling berinteraksi meskipun beda kebutuhan.” Menurutnya, juri senantiasa berkeliling mengawasi dan menilai, sehingga ia dan tim berhasil menyabet juara kedua pada kategori kelompok.
Gadis kelahiran Semarang yang juga hobi menulis ini mengaku mendapatkan banyak pengalaman berharga dari kegiatan tersebut. “Alhamdulillah berkesempatan bisa bertemu dengan banyak orang, tambah ilmu, tambah pengalaman.” Ungkapnya. Ia mengaku mulai aktif mengikuti komunitas penyandang disable baru-baru ini. Lalu ketika ditanya tentang motto hidup, ia menjawab “work hard, play harder, pray hardest”.