Dosen Fakultas Ekonomi Unissula Bedjo Santoso PhD menyayangkan bahwa sistem keuangan dunia yang saat ini berbasis hutang dan bunga sehingga cenderung hanya menguntungkan negara negara maju dan merugikan negara-negara berkembang. “Karena sistem ini mengkalikan sektor finansial bubble (penggelembungan) sampai 900 kali lipat, sehingga memicu krisis, inflasi dan ketidakstabilan ekonomi.” Ungkapnya di fakultas ekonomi (17/6).
Sistem moneter semacam itu dinilai tidak adil, tidak stabil dan distraktif. Oleh karena itu ia mencoba mencari solusi untuk sistem ekonomi terbaik dengan menggunakan emas dan perak sebagai tolok ukur nilai suatu komoditas. “Bila suatu barang diukur dengan emas dan perak maka 300 tahun sejak sekarang masih akan stabil. Ternyata hikmah Allah menciptakan emas dan perak salah satunya adalah untuk menstabilkan harga.” paparnya.
Lebih lanjut ia menerangkan, “Pada dasarnya transaksi menggunakan emas dan perak hukumnya mubah, namun akan menjadi wajib jika ketiadaannya menjadikan negara kolaps dan krisis.” Menurutnya, setelah dilakukan uji pada masyarakat dengan metode analythical hierarchy process, disimpulkan bahwa sistem transaksi dengan emas merupakan cara terbaik karena memiliki kapabilitas ekonomi, sosial, politik, dan sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Bedjo menawarkan dua model alternatif untuk menerapkan sistem ini. “Yang pertama adalah physical gold, yaitu transaksi dengan emas berbentuk koin dan yang kedua adalah penerapan mobile payment system.” Menurutnya, sistem yang kedua yaitu sistem pembayaran elektronik ini sangat viable dan dianggap terbaik karena relevan dengan kondisi terkini dengan menggunakan emas sebagai pengukur nilainya.
Pemikirannya tersebut telah diuji secara akademik bahkan berhasil mengantarkannya menjadi doktor dan dipresentasikan pada sidang terbuka di International Islamic University Malaysia (IIUM) 15 februari lalu. Desertasi yang berjudul Design of monetary system based on stable and just economy atau Rancangan modul sistem moneter yang adil dan stabil menghasilkan penelitian bahwa sistem moneter emas dan perak adalah sistem terbaik untuk kesejahteraan dunia.
Sementara untuk mengimplementasikannya, sistem ini akan terkendala oleh Undang-undang IMF maupun UU Mata uang Indonesia. “Negara-negara besar pencetak mata uang dolar kertas pasti akan menolak sistem ini. Jadi baru bisa diterapkan di area lokal atau komunitas yang ruang lingkupnya lebih sempit.” katanya.
Selanjutnya untuk mengatasi krisis, Ia menghimbau kepada negara-negara berkembang memperbaiki sistem industri pertanian dengan melakukan swasembada pangan selama 7 tahun, karena efek krisis adalah rata-rata 7 tahun, sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Yusuf pada zamannya. “Saran saya negara-negara berkembang juga harus mampu mengembalikan cadangan emas, karena nilainya paling tinggi dan tahan lama.” Imbuhnya.