Fakultas Psikologi Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) mengadakan seminar dan talkshow kepemimpinan dan inovasi dengan pembicara Prof. Djamaludin Ancok PhD. Seminar yang diadakan pada hari Senin (20/10) di aula FTI ini dihadiri tak kurang dari 300 peserta dari berbagai daerah. Djamaludin Ancok membawakan seminar dengan gaya khas kocak dan komunikatif mengawali seminar dengan menyampaikan bahwa setiap individu adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggungjawabannya kelak. Sebagai pemimpin maka harus senantiasa siap menghadapi tuntutan perubahan lingkungan yang sangat cepat dan dinamis. Untuk itulah dibutuhkan pemimpin yang tidak saja memiliki jiwa leadership yang kuat tetapi juga inovatif. Untuk menjadi pemimpn yang transformasional dalam menyikapi perubahan lingkungan maka dibutuhkan enam modal utama, yaitu modal intelektual, modal emosional, modal ketabahan, modal sosial, modal spiritual, dan modal kesehatan. Selain itu hal yang tak kalah penting adalah pemimpin harus siap menerima kritikan dan masukan dari orang-orang yang dipimpinnya. “pemimpin itu harus bisa menjadi teladan, karena dia memiliki dua telinga dan satu mulut, maka harus lebih banyak mendengar dari pada berbicara. Mendengarkan kritikan, masukan, dan suara-suara orang yang dipimpinnya”, terang Djamaludin Ancok.
Pemimpin juga harus mampu memotivasi pengikutnya untuk tumbuh berkembang dan inovatif. Djamaludin mengambil falsafah Ki Hajar Dewantoro sebagai contoh bahwa pemimpin harus Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso dan tut wuri handayani. Perilaku inovatif dalam perusahaan akan berkembang dengan baik kalau pemimpin bersikap apresiatif terhadap setiap gagasan. Sifat apresiatif inilah yang akan mendorong dan memotivasi bawahan untuk berinovasi. Seorang pemimpin harus mampu menginspirasi dan mengajak bawahan melalui gagasan inovatif agar perusahaan menjadi perusahaan terbaik yang memberi manfaat pada semua lapisan yang berkepentingan atau stake holders, sehingga pemimpin harus mampu memberikan stimulasi untuk terus berfikir dan mencoba gagasan baru. Oleh karena itu pemimpin juga harus bisa menjadi teladan dalam berinovasi dan perduli pada bawahan secara personal, sehingga management by walking arround atau “blusukan” juga penting dilakukan karena berinovasi menuntut adanya sumber daya yang mendukung untuk tumbuhnya semangat berinovasi.
Psikolog ternama yang sering mengajar di luar negeri itu juga memberikan motivasi kepada seluruh peserta agar membangun karakter percaya diri sebagai bangsa. Untuk itu sudah seharusnya tidak merasa minder dan rendah diri jika berhadapan dengan orang asing. Karena pada hakekatnya Indonesia adalah bangsa yang besar, nenek moyang orang Indonesia adalah orang-orang yang sangat hebat dan kreatif. Banyak sekali warisan budaya dan kearifan lokal yang sangat membanggakan yang seharusnya diwariskan dari generasi ke generasi sehingga menumbuhkan rasa bangga sebagai bangsa. Beliau juga mengingatkan bahwa sebentar lagi kita akan menghadapi AFTA (Asean Free Trade Area), yang harga diri dan martabat bangsa dipertaruhkan di dalamnya. Pasar bebas Asean menuntut kita untuk mampu bersaing dengan negara-negara lain yang tentunya memiliki ciri khas yang kuat atas bangsanya.
Dekan Psikologi, Inhastuti Sugiasih, M.Psi mengungkapkan rasa syukur dan berterima kasih kepada Penerbit Erlangga yang telah memberikan dukungan penuh hingga terselenggara seminar dan talkshow ini. Ia berharap agar para peserta terutama kaum muda dapat menyerap ilmu sebaik-baiknya dari pemateri. Para Pemuda juga diharapkan dapat mengubah mental dan mindset agar bangga dengan Indonesia “pemuda Indonesia saat ini harus mulai bangkit, mereka harus mengubah mindset dan mentalnya agar tidak terbawa arus barat. Mereka harus mulai menyadari bahwa Indonesia adalah negara yang besar dan hebat. Apalagi nanti tahun 2015 serangan dari luar akan sangat gencar. Kita harus membentengi diri dari itu, salah satunya dengan cinta produk dalam negeri. Pokoknya kita harus punya harga diri di hadapan asing”, ungkap Inhastuti.