Mata beningnya selalu dibasahi air mata, namun bukan air mata kesedihan yang selalu mengalir dari kedua bola matanya, tapi air mata penuh cinta pada Tuhannya. Air mata yang menjadi saksi atas rasa syukur dan harapan harapannya.
Harapan, ya…harapan..itulah yang selalu mewarnai harinya.
Hingga akhirnya ia jatuh pada sebuah pengharapan yang tak pasti, harapan yang entah jadi nyata atau tidak. Harapan yang selalu dipupuk dengan cerita indah tentang saudara kembar sahabatnya itu.
Tapi seiring detik menjauhi masa, harapan itu tumbuh menjadi cinta, cinta pada sesosok bayangan yang tak pernah ditemuinya dalam nyata, tapi entah mengapa rasa itu begitu kuat dalam hatinya. Nida…Nida kau hanya mencintai bayangan kosong, begitulah semua orang menyebutnya.
Lalu, akankah bayangan itu menjadi nyata? Atau mungkin akan hanyut dimakan masa? Sampai berapa lama dirinya mampu mempertahankan cinta pada bayangan yang tak nyata juga tak pasti tersebut?
Dan… pada siapa dan di manakah cintanya bermuara?
Itulah sepenggal kisah dari novel Sujud Cinta Di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari, mahasiswa Fakultas Kedokteran Unissula. novel setebal 423 halaman tersebut di rilis pada bulan puasa ini dan sudah mulai diedarkan.
Novel yang bercerita tentang Sabrina Lailatun Nida: Sosok yang lahir dari ibu Indonesia dan ayah Kufah. Masa kecilnya dijalani di Indonesia, namu hanya sebentar kemudian mereka kembali pindah ke Kufah.
Saat remaja ia ia kembali ke Indonesia untuk belajar menghapal Alquran di Pesantren Husnul Khotimah. Ia bertemu dengan seorang santri baru bernama Maryam Muhsin yang berasal dari Madinah.
Maryam serng bercerita tentang saudara kembarnya yang bernama Muhammad Muhsin. Namun dari cerita cerita itulah Nida tanpa sadar telah jatuh cinta kepada saudara kembar maryam tersebut meski belum pernah bertemu dengannya.
banya k romansa yang yang luar biasa dan cerita cerita yang mengejutkan dari perjalanan novel ini.
Berikut petikan wawancara dengan penulis Putri Indah Wulandari (11/8)
Sebelumnya kami ucapkan Selamat ya atas diterbitkannya novel anda, bagaimana perasaan anda dengan diterbitkannya novel tersebut?
Perasaan saya pasti bahagia sekali tentunya, saya tidak pernah menyangka sebelumnya bahwa karya saya dapat diterbitkan, apalagi ini karya perdana saya. Subhanallah ini benar-benar kado terbesar yang Allah berikan untuk saya pada Ramadhan tahun ini.
Nilai moral Apa yang anda ingin sampaikan melalui novel tersebut?
Novel Sujud Cinta Di Masjid Nabawi ini adalah novel yang mengandung cerita cinta yang komplit. Di dalamnya dipaparkan dengan jelas cinta seorang hamba terhadap Rabb nya, cinta seorang insan terhadap Rasulnya, cinta seorang anak terhadap orang tuanya, cinta seorang insan terhadap sahabatnya, cinta seorang istri terhadap suaminya dan cinta seorang manusia terhadap makhluk Allah yang lain. Saya ingin novel ini adalah sebagai pupuk bagi cinta yang sedang bersemi dan sebagai air bagi cinta yang sedang tumbuh.
Siapa saja yang berperan penting hingga akhirnya terbukukan novel tersebut?
Tentunya Allah SWT yang sangat membantu saya menyelesaikan novel ini. Tapi dibalik itu semua, dukungan dari kedua orang tua saya yang dengan sabar memberikan saya motivasi dan semangat untuk terus berkarya. Ya..orang tua saya mengajarkan banyak hal, dan selalu berpesan supaya saya terus berusaha hingga memenangkan hidup ini. Selain itu, dosen dan guru-guru serta seluruh sahabat saya yang selalu memberikan inspirasi dalam menulis.
Latar belakang anda menulis novel tersebuti?
Saya ingin usia saya lebih panjang dengan menulis. Artinya walaupun nanti saya sudah tidak lagi berpijak di bumi ini, namun karya yang pernah saya tulis akan tetap hidup dan tetap menjadi pencerah mengikuti arus perubahan zaman. Selain itu Rasulullah pernah bersabda, bahwasannya penulis yang tulisannya mencerahkan akan mendapatkan kebahagiaan yang luar biasa dari Allah SWT.
Kabarnya anda tertarik Kairo, Madinah, dan Ayat –Ayat Cinta (AAC) mengapa bisa demikian?
Awal mulanya saya tertarik dengan Kairo adalah saat menyaksikan film fenomenal yang diangkat dari seorang penulis ternama “Habiburrahman el Shirazi”, setelah itu saya memiliki keinginan yang besar untuk pergi ke Kairo, akhirnya buku buku tentang Kairo dan informasi apapun tentang Kairo saya baca, dari situlah mulai timbul keinginan baru untuk menuntut ilmu jurusan Tafsir Hadis di Al Azhar Kairo, karena saya ingin menjadi ahli tafsir juga selain menjadi dokter.
Madinah : Sebenarnya di Madinah lah aya berharap bisa bertemu dengan seorang pemuda yang akhlaknya baik, selain karena Madinah adalah kota Suci bagi ummat Islam. Saya juga ingin sekali pergi umoh ke sana.
Ada satu negara lagi yang saya jadikan latar dalam novel ini, yaitu Belanda. Alasan saya memilih Belanda, karena negara tersebut unik dan menghargai sejarah, hal itu dibuktikan dengan banyaknya museum di negara itu. Ketertarikan yang besar itu membuat saya ingin melanjutkan kuliah Kedokteran di Belanda tentunya pasca lulusa dari Fakultas Kedokteran Unissula..
Apakah novel anda sebuah true story kehidupan anda sendiri atau memang pengembangan ide semata?
Sekitar 30% dari novel adalah true story, sisanya pengembagan ide dan imajinasi berdasarkan info yang saya dapat tentang Belanda, Kairo dan Madinah karena memang saya belum pernah pergi ke sana.
Apakah anda punya background dunia penulisan sebelumnya?
Tidak ada, saya tidak pernah mempelajari sastra sebelumnya. Saya hanya belajar tata cara penulisan sewaktu saya duduk di SMP dan SMA. Tapi yang saya tahu, bahwa menulis adalah masalah rasa, dan rasa hanya bisa diutarakan dengan hati. Jadi..ya sebenarnya hati saya lah yang menulis cerita ini.
Sebagai mahasiswa kedokteran anda tentu sangat sibuk bagaimana anda mengatur waktu hingga mampu menyelelesaikan novel tersebut?
Memang, kedokteran merupakan jurusan yang memiliki aktivitas akademik yang padat, kadangkala saya pun merasa penat dan butuh suatu hal untuk merefresh kembali pikiran saya, dan akhirnya saya menemukan cara untuk menghilangkan kejenuhan dalam belajar, yaitu dengan menulis.
Tanggal (8/8) anda bersilaturahmi ke Rektor apa tujuannya?
Saya ingin bersilaturahmi dengan Rektor di kampus saya. Selain itu juga, saya ingin memberikan hadiah novel perdana saya kepada Pak Rektor karena saya tahu beliau adalah orang yang juga gemar menulis dan sangat menghargai orang orang yang mau mengikuti jejaknya terlebih jika mereka itu mahasiswanya sendiri. Selain itu saya juga ingin membuktikan bahwa mahasiswa pun dapat berkarya.
Bagaimana tanggapan Rektor tentang novel anda?
Subhanallah…tanggapan Pak Rektor sangat baik sekali, lebih dari apa yang saya bayangkan. Saat pertemuan dengan beliau saya diberikan banyak sekali saran dan motivasi yang berkaitan dengan kepenulisan, semoga dengan saran yang diberikan Pak Rektor, buku saya dapat menjadi bestseller dan dapat dilakukan bedah buku.
Motivasi apa yang anda dapat dari pertemuan tersebut?
Saya menjadi lebih semangat untuk berkarya dan menuangkan semua pemikiran dan ide-ide baru dalam bentuk tulisan. Mungkin saat ini saya hanya bisa bermimpi untuk pergi ke Kairo, Belanda dan Madinah, tapi suatu saat saya yakin, saya bisa berpijak di atas bumi Kairo, Belanda, dan Madinah.
Selain itu, saya juga menjadi lebih semangat dalam belajar, karena saya merasa termotivasi dengan kesuksesan yang dimiliki pa Rektor dalam segala bidang, dan saya ingin sekali menjadi seperti beliau. Subhanallah.
Sebagai novelis muda tips- tips seperti apa yang anda dapat berikan untuk teman teman mahasiswa maupun remaja yang juga ingin menulis novel?
Jangan pernah takut untuk menulis, jangan pernah ragu untuk menuliskan apa yang kau rasakan, karena dengan menulis kau akan menemukan dunia mu yang baru.Menulis adalah masalah rasa, jadi tulislah apa yang kau rasakan saat itu, percayalah jika kau libatkan hatimu dalam menulis, maka pembaca pun akan menggunakan hatinya untuk membaca karyamu. “Menulislah dengan hati”
Menurut anda hal terpenting seperti apa yang harus dikuasai untuk menjadi penulis?
Seorang penulis harus memiliki karakter yang kuat dan tentunya harus berbeda dengan penulis lainnya, seorang penulis pun harus memiliki visi dan misi dalam karyanya, supaya semua tulisannya terarah.
Adakah rencana menerbitkan novel baru?
InsyaAllah ada, judulnya “Sang Pembolak – Balik Hati”
Kira kira bertemakan tentang apa?
Tema nya tentang perjuangan dan cinta, karena cinta adalah pokok utama dalam menulis, itu menurut saya. Saya mengambil setting 3 negara juga untuk novel saya selanjutnya. Palestina, Paris Prancis, dan Indonesia, tepatnya di Wakatobi, Sulawesi. Karena saya ingin sekali pergi dan melihat keindahan alam Wakatobi. Dan karena begitu tertariknya saya dengan Wakatobi, saat ini saya sedang menabung dan mencari cara untuk dapat melihat keindahan Wakatobi secara langsung, bukan hanya lewat buku maupun video saja.
Apa cita cita anda?
è Hafidzoh,Ahli Tafsir,Ahli hadist, Dokter Kandungan, Biolist dan Penulis. Saya ingin sekali melahirkan buku-buku bestseller baik nasional maupun international, dan saya sangat berharap novel-novel saya dapat dibuat film, seperti Habiburrahman El Shirazi.