Laporan The Royal Islamic Strategic Studies Centre (RISSC) tahun 2022 menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negaran dengan jumlah muslim terbesar di dunia yaitu sebesar 237.558.000 diikuti Pakistan, India, Bangladesh dan lainnya. Besarnya jumlah umat Islam ini diikuti dengan besarnya jumlah masjid dan mushola. Hingga tahun 2022, menurut data yang dihimpun oleh Kemenag melalui aplikasi SIMAS (Sistem Informasi Masjid), Indonesia memiliki 242.832 masjid dan 269.076 mushola yang tersebar di seluruh Indonesia. Perhitungan secara manual melalui pelaporan dari Kanwil Kemenag menemukan ada 741.991 rumah ibadah umat Islam, 296.797 masjid dan 445.194 mushola. Artinya masih banyak data masjid dan mushola yang belum terintegrasi pada aplikasi SIMAS.
Dalam sejarahnya, masjid bukan hanya menjadi tempat ritual ibadah semata. Masjid harus dimaknai sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari upaya pendidikan, pemberdayaan masyarakat, pengentasan kemiskinan, peningkatan ekonomi umat dan lain sebagainya. Potensi zakat, infaq dan shodaqoh yang dapat dikelola masjid sangatlah besar apalagi jika ditambah dengan usaha lain, tentu akan sangat besar pengaruhnya bagi kemandirian masjid dan peningkatan kesejahteraan minimal pada jamaah sekitar masjid.
Hingga saat ini sangat banyak masjid yang telah melaksanakan program pemberdayaan ini dengan memanfaatkan asset yang dimiliki seperti bangunan, tanah, sumber daya manusia, jaringan dan lainnya. Program ini pada awalnya untuk menjamin kemandirian masjid sehingga tidak tergantung pada iuran dan kontribusi jamaah (internal) kemudian meluas hingga berkontribusi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar. Beberapa contohnya adalah Masjid Besar Al Mahdy, Kelurahan Jatiranggon, Kecamatan Jatisampurna, Bekasi, Masjid Agung Sunda Kelapa Jakarta, Masjid Ittihadul Muhajirin Pamulang, Masjid Muhammad Cheng Ho Surabaya dan yang paling fenomenal adalah Masjid Jogokaryan di Yogyakarat.
Beberapa contoh masjid di atas hanyalah beberapa diantara banyak masjid yang mulai menyadari pentingnya fungsi masjid yaitu 70 persen untuk kepentingan sosial dan 30 persen untuk ritual ibadah. Seperti telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, bahwa masjid adalah pusat peradaban dan kegiatan umat muslim untuk mempersiapkan kehidupan di dunia maupun di akhirat.
Warung Umat
Masjid Al Muhajirin yang berlokasi di Kelurahan Karangroto RW V mempunyai keinginan yang sama dengan masjid-masjid lain yang terlebih dahulu melaksanakan program pemberdayaan masyarakat yang berpusat di masjid. Untuk mewujudkan hal tersebut dan sekaligus meneladani perilaku Rosulullah SAW, maka sejak Maret 2019 lalu mencoba mengimplementasikan program tersebut dalam “Warung Umat”.
Pendirian warung umat ini pada awalnya hanya untuk memenuhi biaya operasional masjid seperti pembayaran listrik, kebersihan, operasional ngaji dan kebutuhan lainnya. Program di awali dengan penyediaan 30 galon air mineral oleh pihak “inverstor” yang peduli dengan kemakmuran masjid untuk dipasarkan oleh pengelola masjid dengan sistem konsinyasi.
Dengan berjalannya waktu, pengelola mencoba untuk menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, salah satunya adalah LAZIS Sultang Agung Semarang yang bersedia menyediakan fasilitas air isi ulang. ini makin meningkatkan kinerja “Warung Umat” sehingga hasilnya dapat memenuhi seluruh kebutuhan operasional masjid. Bahkan “Warung Umat” mampu memberikan uang duka bagi warga yang mengalami musibah, bantuan perbaikan fasilitas umum seperti jalan, jembatan dan lainnya.
Karena dinilai berhasil oleh LAZIS SA, pada tahun 2021 “Warung Umat” diberikan bantuan armada berupa sepeda motor roda tiga sebagai sarana operasional keliling melayani warga. Jenis produk yang dipasarkan juga bertambah yaitu gas dan air kemasan botol. Untuk meningkatkan layanan dan membantu warga, “Warung Umat” menyediakan voucher atau kupon setiap pembelian produk. Kupon ini dapat ditukarkan dengan berbagai jenis barang atau sembako yang disediakan oleh warung-warung yang berada di wilayah sekitar masjid Muhajirin. Hal ini merupakan wujud kerja sama “Warung Umat” dengan UKMM sekitar sehingga mereka juga merasakan manfaat dari keberadaan usaha ini.
Meskipun telah berkembang cukup baik, masih terdapat beberapa kendala dalam operasional dan pengembangan usaha ini. Diantaranya adalah sumber daya manusia yang terbatas baik dalam hal keahlian maupun dalam hal waktu pengelolaan. Karena seluruh pengelola adalah jamaah masjid dengan ketrampilan yang seadanya. Mereka juga pekerja sehingga tidak bisa mengelola usaha ini setiap waktu. Hambatan lainnya adalah banyaknya kompetitor sejenis yang dilakukan perorangan.
Pengembangan usaha juga belum bisa maksimal karena sebagian besar keuntungan usaha ini digunakan untuk keperluan operasional masjid, sehingga penambahan asset dan jenis produk masih terbatas. Pemeliharaan aset seperti penggantian suku cadang mesin isi ulang, armada dan asset lainnya belum dapat dilakukan secara periodik.
Tahun 2022 ini Unissula menjadi satu satunya PTS di Jawa Tengah yang mendapatkan hibah Pengabdian Masyarakat MBKM Kemendikbud Ristek Dikti tahun 2022. Salah satu program yang sedang dilakukan adalah peningkatan kinerja “Warung Umat” melalui pembinaan SDM dan peremajaan asset. Program ini telah berlangsung sejak awal Desember 2022 dalam bentuk pelatihan pengeloaan unit usaha oleh tim dari BMT Walisongo Semarang, peningkatan kualitas asset, perluasan kerja sama dengan UKMM setempat, diskusi bersama warga RW 5 Karangroto terkait pentingnya warga untuk menjadi konsumen “Warung Umat” dalam sistem closed loop dan lainnya.
Hasil dari kegiatan tersebut sudah terlihat meski belum maksimal. Kesadaran masyarakat untuk menjadi konsumen “Warung Umat” meningkat terlihat dari naiknya omset mingguan. Perbaikan filter mesin juga membuat proses produksi makin cepat. Jika sebelumnya satu jam hanya mampu mengisi 20 galon, saat ini menjadi 40 galon. Jumlah UKMM yang bekerja sama dengan “Warung Umat” juga meningkat, sebelumnya hanya tiga warung warga, saat ini sudah ada enam unit usaha warga yang menjalin kerja sama penukaran kupon.
Hasil ini tentu masih sangat kecil dibanding usaha serupa yang dilakukan masjid-masjid lainnya. Namun, untuk skala RW hal ini cukup menggembirakan. Operasional masjid tercukupi, warga terbantu dalam peneyediaan air bersih dengan harga murah, warung-warung sekitar juga mendapat keuntungan dan lainnya. Jika sepuluh persen saja dari seluruh masjid di Indonesia melaksakan kegiatan ini, maka pengaruhnya akan sangat besar bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan penurunan angka kemiskinan.
Penulis: Agustin Handayani SPsi MPsi, Dosen Fakultas Psikologi Unissula (Penerima Hibah MBKM Kemendikbud Ristek Dikti Tahun 2022)