Banjir yang terjadi di Jakarta merupakan bukti nyata kerusakan lingkungan yang sudah sangat mengkhawatirkan. Ancaman banjir juga mengancam kota-kota besar lainnya yang tersebar di seluruh Indonesia, tidak terkecuali di Semarang. Sebagai ibu kota Jawa Tengah, Semarang memiliki potensi besar untuk terus tumbuh menjadi sebuah kota yang modern dan dinamis, namun di sisi lain berbagai dampak kerusakan lingkungan seperti banjir dan genangan rob harus turut menjadi prioritas semua pihak, termasuk kaum akademisi. Seperti yang kita lihat, keberadaan ruang hijau terbuka kian menipis, tergantikan oleh perumahan dan ruko-ruko untuk unit usaha.
Menyadari itu semua, Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung (YBWSA) dan Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA) Semarang melakukan penanaman pohon secara simbolis di kampus UNISSULA pada Jumat (18/1) yang lalu. Acara yang bertempat di depan lapangan Panjat Tebing dihadiri oleh perwakilan Dinas Kehutanan Kota Semarang, segenap pengurus YBWSA, petinggi UNISSULA dan segenap tamu undangan dari Pemkot Semarang, Himpunan Pensiunan Kehutanan, Polda Jateng serta beberapa Rektor dari Perguruan Tinggi Lainnya. Acara ini merupakan lanjutan dari penanaman 1000 pohon di areal lahan kosong kampus yang memiliki visi mulia “Bismillah Membangun Generasi Khairra Ummah” yang melibatkan segenap civitas akademika UNISSULA.
Secara simbolis, Dirjen Dikti Kemendikbud RI, Bapak Prof Dr Ir Djoko Santoso melakukan penanaman pohon sekaligus meresmikan kampus UNISSULA sebagai salah satu ruang terbuka hijau di Kota Semarang. “Perhatian kepada kualitas lingkungan tidak lagi menjadi tanggung jawab pihak semata, tapi seluruh masyarakat termasuk kaum akademisi. Apa yang dilakukan UNISSULA dengan menjadikan kampusnya sebagai hutan kota, saya rasa merupakan langkah strategis yang patut ditiru oleh perguruan tinggi lainnya. Selain membuat suasana kampus menjadi adem, hutan kota ini tentu saja sangat berkontribusi kepada Kota Semarang. ” tegas Djoko dalam sambutannya.
Seiring dengan himbauan dari Djoko, Rektor Unissula, Prof Dr Laode M. Kamaluddin, M. Sc, M. Eng, juga menegaskan bahwa sustainability of environment quality (kualitas lingkungan yang berkelanjutan) perlu mendapat porsi yang besar dari berbagai kalangan, termasuk akademisi.
“Kehidupan kita tidak hanya berhenti sampai di sini saja tapi kita harus selalu berpikir bahwa apa yang kita lakukan akan berdampak pada generasi mendatang. Sebagai akademisi, kita harus mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan mengimplementasikannya untuk menjaga keseimbangan ekosistem alam. Bukan malah sebaliknya merusak lingkungan dengan alasan ekonomi.” kata Laode yang yang diiringi tepuk tangan oleh para hadirin.