Menu 

Rektor Hadiri Tarawih Keluarga Besar YBWSA

Tuesday, July 7th, 2015 | Dilihat : 536 kali

tarawih

Rektor Unissula Anis Malik Thoha Lc MA PhD menjadi imam shalat Isya dan sekaligus Tarawih dalam rangkaian Tarawih keluarga besar YBWSA 1436 bertempat di kediaman salah satu pendiri Unissula almarhum HM Sulchan Jln Ahmad Yani Pandanaran (5/7). Solat Tarawih turut dihadiri oleh pimpinan pengurus YBWSA, Dekanat Unissula, Direksi RSI Sultan Agung, Kepala dan Wakil Kepala Sekolah di lingkungan Pendidikan Dasar dan Menengah YBWSA dan tamu undangan di lingkungan YBWSA.

Dalam kesempatan tersebut Wakil Rektor III Unissula Sarjuni SAg MHum menyampaikan kultum   dengan tema pentingnya pendidikan yang beradab untuk mewujudkan peradaban yang bermartabat. Menurutnya inti pendidikan terletak pada adab. Oleh karenanya, Prof Naquib al-Attas (pakar pendidikan Islam) mengemukakan bahwa istilah yang pas untuk pendidikan dalam Islam adalah ta’dib karena di dalam ta’dib sudah meliputi ta’lim (mengajar) dan tarbiyah (mendidik). Di dalam ta’dib ada pengertian mengadabkan manusia untuk membangun manusia yang beradab karena sejatinya ruh pendidikan adalah membangun adab. Inilah yang sudah ditinggalkan oleh banyak penyelenggara pendidikan.

Beda Adab dan Akhlak

Adab adalah perbuatan yang lahir dari disiplin sendiri yang sumbernya adalah hikmah. Sedangkan akhlak adalah keadaan jiwa yang mendorong perbuatan tanpa terpikirkan karena sudah menjadi kebiasaan. Jadi, perbuatan itu sudah menjadi kebiasaan karena didorong jiwa yang kuat. Ketika dorongan jiwa itu melahirkan perbuatan baik maka disebut akhlak mahmudah, kalau dorongan itu melahirkan perbuatan yang tidak baik maka disebut akhlak mazmumah. Makanya ada akhlak mahmudah, ada akhlak mazmumah. Tidak ada adab mazmumah atau adab mahmudah, beda dengan akhlak bisa baik dan bisa buruk.

“Hikmah bersumber dari Alqur’an. Perbuatan benar pasti ada dasarnya dan dasarnya adalah Alqur’an dan Hadits. Di dalam adab, ada yang dinamakan pengenalan dan pengakuan. Ada ilmu dan amal. Ilmu mengenalkan kita adanya susunan martabat yang bertingkat, tentang tatanan yang ada di alam semesta ini. Jadi ukuran kemuliaan seseorang di mata Allah adalah karena taqwanya. Karena itu Allah berfirman “Sesungguhnya yang paling mulia diantara kalian adalah yang paling bertaqwa”.”, imbuh Sarjuni.

Penghargaan kita terhadap artis jauh lebih besar daripada kepada para ulama dan ilmuwan. Ilmu seharusnya dihargai sesuai dengan tingkatannya yaitu ilmu fardlu ‘ain dan fardlu kifayah. Derajat kemuliaannya lebih mulia dari ilmu fardlu kifayah. Yang terjadi di masyarakat, honor guru les piano lebih besar dari honor guru ngaji. Gaji artis lebih besar dari gaji ilmuwan. Harusnya dibalik.

Kebanyakan ilmu yang kita pelajari tidak beradab karena tidak mendekatkan pada Allah. Kita harus melakukan rekonstruksi ilmu atas dasar nilai-nilai Islam termasuk ilmu-ilmu yang diajarkan di sekolah sekarang ini yang tidak Islami. Seperti halnya sejarah Pangeran Diponegoro yang disebutkan berperang hanya karena makam leluhurnya diinjak-injak (digusur) oleh Belanda, padahal Pangeran Diponegoro berperang dalam rangka jihad menegakkan syariat Islam.

Sarjuni juga mengutip KH. Hasyim Asy’ari yang menjelaskan bahwa tauhid mewajibkan adanya iman, jika tidak ada iman maka tidak ada tauhid, sedangkan iman mewajibkan adanya syariat, jika tidak ada syariat maka tidak iman dan tauhid, dan syariat mewajibkan adanya adab, jika tidak ada adab maka tidak iman, tauhid dan adab.  Acara ditutup dengan bersalam-salaman.

Related News