Menu 

Pentingnya Memaknai Moderasi Dalam Beragama

Friday, April 4th, 2014 | Dilihat : 5568 kali
4414a

Gambar: Rektor Unissula, Anis Malik Thoha MA PhD (kiri) dan Dekan Fakultas Agama Islam, Sarjuni SAg MHum

Rektor Unissula Anis Malik Thoha MA PhD mengajak kaum akademisi untuk cerdas dan tidak terjebak pada stigma yang mendegradasi  esensi muslim sebagai seorang musli. Hal itu disampaikannya dalam seminar di depan ratusan mahasiswa Fakultas Agama Islam (FAI) Unissula (3/4). Ia mengharapkan mahasiswanya bijak dengan mampu memahami konsep konsep beragama yang benar dan tidak mudah terjebak pada konsep yang nampak modern namun  salah.

Ia mencontohkan misalnya kata muslim moderat telah “dibajak” sehingga mengalami kesalahan pemaknaaanya, yang difahami muslim disebut moderat jika hanya menerima menerima hukum umum dan tidak lagi memperjuangkan agamanya. Konsep seperti itu tentu sangat fatal karena akan menyebabkan umat tidak lagi mempunyai jatidiri.

Padahal seorang muslim disebut moderat jika memenuhi  islamic principle wassatiyah (prinsip prinsip moderasi dalam Islam) antara lain tidak ekstrim, baik ekstrim kanan maupun kiri. Hal itu menegaskan bahwa seorang muslim harus mampu menjaga dirinya untuk tidak menggunakan kekekrasan, karena sesuai dengan namanya Islam adalah agama yang penuh kedamaian dan rahmat untuk semua alam.

Kedua, memahami bahwa dalam Islam ada hukum hukum yang bersifat tetap dan ada yang bisa berubah atau diijtihadkan sesuai perkembangan jaman.  Tidak  pas pula merasionalisasi menginterpretasikan Alquran secara liberal dengan tidak menganggapnya sebagai kitab suci.

Ketiga, tidak boleh menggunakan pemaksaan. Keempat, tidak mengkompromikan hal hal dasar dalam agama hal ini untuk menjaga kesucian beragama.  Kelima, mengkompromikan hal hal yang tidak bersifat fundamental dalam beragama misalnya Nabi mencontohkan saat membentuk komunitas yang majemuk di Madinah  yang berdiri di atas berbagai latar belakang dan perbedaan dan tetap rukun dan aman. Sejarah juga mencatat bahwa muslim dapat hidup rukun berdampingan dengan siapapaun.

Kesalahan konsep dan pemaknaan terkadang memang bisa berujung fatal oleh karenanya ia mengharapkan mahasisnya untuk tidak asal kutif tetapi memahami konsep keilmuan yang benar dari sumber sumber yang benar dan terpercaya.  pembicara pada kesempatan tersebut adalah Sarjuni SAg MHum dan Agus Irfan.

 

Related News