Menu 

Unissula Tekankan Pentingnya Hindari Plagiarisme

Tuesday, October 3rd, 2017 | Dilihat : 554 kali

(29) Plagiarisme

Benih korupsi berawal dari benih-benih plagiarisme ketika belajar di perguruan tinggi, demikian Prof Dr Supriadi Rustad MSi dalam seminar yang diselenggarakan Fakultas Ekonomi (28/9).

Ketua tim Evaluasi Kinerja Akademik Kementerian Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi (Ristekdikti) tersebut menegaskan plagiarisme adalah melakukan plagiasi baik sengaja maupun tidak sengaja untuk memperoleh kredit dengan mengutip sebagian atau seluruh tanpa mencantumkan sumber. “Banyak kasus akademisi yang menulis karya ilmiah baik berupa skripsi, tesis, desertasi merupakan hasil plagiasi dari karya orang lain.” Katanya. Oleh karena itu perlu adanya pencegahan agar plagiarisme tidak terjadi secara massal dan sistematis seperti saat ini.

Sementara itu Rektor Unissula Anis Malik Toha Lc MA PhD menuturkan Unissula telah memasukkan seluruh hasil riset, karya ilmiah, hingga pengabdian masyarakat para civitas ke dalam sistem informasi. “Semua akademisi baik mahasiswa, dosen, peneliti wajib mengunggah secara elektronik serta melampirkan surat pernyataan bebas plagiasi.” Kata Rektor.

Menurutnya, Unissula bertekad memerangi plagiarisme. “Budayakan anti plagiarisme di lingkungan akademik Unissula”, himbau Rektor Unissula dalam sambutannya. Menurut Rektor, Unissula sudah menerapkan kebijakan yang mana seluruh civitas akademika harus mengupload karya ilmiahnya dengan alat turnitin.

Sementara itu Supriadi menerangkan, “Perlu ditekankan bahwa Turnitin hanyalah sebuah tool, fungsinya untuk mendeteksi adanya plagiasi. Jika ada indikasi segera dicek, jika terbukti ada plagiarisme, tentu harus segera ditindak.” Ujarnya. Ia menghimbau pada perguruan tinggi agar membenahi dasar hukumnya, “Jangan sampai ada pernyataan toleransi kemiripan sekian persen, karena itu akan menjadi bumerang bagi Perguruan Tinggi  sendiri.”

“Seharusnya kampus menerapkan gerakan anti mencontek dan plagiarisme. Saya rasa itu lebih relevan di lingkungan akademisi dibandingkan gerakan anti korupsi. Karena benih-benih korupsi ternyata berasal dari tindakan plagiarisme di kampus, maka harus dilakukan pencegahan sejak dini.” Tuturnya. Menurutnya, melalui gerakan itu, bisa ditanamkan budaya baca, tulis, jujur, berbagi, menghargai orang lain, serta berpikir analitis di lingkungan akademis kampus.

Ia juga menyarankan kepada perguruan tinggi untuk melakukan hal-hal yang bisa mencegah tindakan plagiarisme. “Kampus harus menggencarkan gerakan tulis dan publikasi. Publikasi bersama antara mahasiswa dan dosen atau joint publication itu juga penting, poinnya tinggi.” imbuhnya.

Related News