Menu 

Rektor Unissula Menjadi Tamu Kehormatan Di India

Wednesday, July 25th, 2012 | Dilihat : 332 kali

Integritas dan komitmen yang tinggi terhadap dunia pendidikan kembali ditunjukkan Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA) didalam Konferensi Internasional “Go Global – Change and challengess in education employment & entrepreneurship” yang berlangsung dari tanggal (19-21/7).

Dalam Konferensi yang berlangsung di India tersebut,  Rektor UNISSULA, Prof Laode M Kamaluddin  dinobatkan menjadi Guest of Honour (tamu kehormatan) diantara para pembicara lain yang terdiri dari 100 recourse persons dengan pengalaman dan  reputasi internasional dari 5 benua (Asia, Afrika, Eropa, Amerika utara & Selatan dan Australia). Untuk itu Laode mendapat kehormatan untuk menjadi penerima copy pertama proceeding yang disiapkan oleh panitia dan diberikan langsung oleh Dr E Balaguruswany, anggota senior Perencanaan Pembangunan Sience dan Teknologi negara bagian Tamilnadu dan Kerala India.

Gelar kehormatan tersebut diberikan karena Laode berhasil memimpin konferensi sesi ketiga dengan tema “Bench marking and Innovations in Higher educations vs Man Maid” dengan sangat baik. Tidak hanya sampai di situ, paper yang disampaikan Laode yang mengangkat tema Cross Border Education – “ What can Asia do? “ juga banyak mengundang atensi publik yang hadir.

Sebagai satu-satunya pembicara dari Indonesia, Laode menyoroti fakta terbaru bahwa Asia, sebuah benua dengan heterogenitasnya yang kompleks sekarang ini bukan lagi sekedar menjadi pengikut, namun sudah bergeser menjadi pusat pertumbuhan ekonomi global, mobilitas sosial dan pertukaran budaya. Kolaborasi dan juga perasaan saling membutuhkan sesama negara Asia diperlukan di setiap nafas kehidupan.

“Untuk mempertahankan apa yang telah Asia capai dan untuk meningkatkan pencapaian tersebut, Asia membutuhkan generasi baru yang mengerti cara terbaik terkait hal tersebut . Mengingat maju mundurnya sebuah bangsa tidak lagi dipengaruhi oleh bangsa Barat atau Timur, tapi oleh masyarakat berkualitas dan berbakat dengan segala kreativitasnya. Dan untuk mewujudkan semua itu, kita perlu instrumen, yaitu Cross Border Higher Education (pendidikan tinggi lintas batas). Di Indonesia sendiri hal tersebut sedang menjadi pembicaraan hangat para praktisi terkait UU PT yang  akan segera disahkan oleh DPR”

Dalam papernya Laode menyinggung sekilas tentang Cross Border Higher Education yang merujuk pada pengertian dari UNESCO. Cross Border Higher Education di sini konteksnya pergerakan SDM, program, penyelenggara / institusi, ataupun proyek akademis yang menembus batas negara, atau lintas kawasan, lintas waktu dan lintas dimensi. Dalam acara yang diselenggarakan Nehru Group Institution tersebut,  Laode menegaskan arti pentingnya Cross Border Higher Education bagi kehidupan Asia.

“Dengan Pendidikan Tinggi Lintas Batas kita bisa memperkuat pertumbuhan ekonomi Asia. Berbagai data menunjukkan banyak negara di Asia yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang positif. Bahkan ada beberapa Negara Asia yang sudah menjadi yang terdepan dalam bidang tertentu. Seperti Korea Selatan yang terkenal dengan teknologi digital revolusionernya.  Dari situ secara tidak langsung akan tercipta berbagai peluang kompetitif di belahan benua Asia. Dengan banyaknya peluang bagus dan kompetitif maka akan banyak orang yang memiliki pekerjaan yang layak dan tingkat penghasilan yang memadai sehingga dapat memberantas kemiskinan. Sehingga seiring berjalannya watu, kesejahteraan manusia dapat tercapai dan kualitas hidup manusia meningkat. Dan kesetaraan global yang sering didengungkan PBB bukan lagi menjadi hal yang mustahil.

Untuk mewujudkan itu semua tentunya semua lapisan atas hingga bawah seperti pemerintah yang diwakili oleh Kementerian Pendidikan, berbagai perguruan tinggi negeri atau swasta, perusahaan, LSM, pakar pendidikan, dan media mempunyai peran yang penting dalam mensinergikan visi misi untuk mencapai tujuan absolut dari Cross Border Higher Education. Laode yakin seiring berjalannya waktu, stigma bahwa Cross Border Higher Education hanya bisa dinikmati oleh kalangan menengah ke atas akan sirna.

Selain tema yang dibawakan oleh Laode, ada belasan topik utama lain yang disajikan meliputi bidang kerja sama pendidikan global, ketanagakerjaan, dan enterpreneurship. Dalam enterpreneurship sendiri  yang lebih diutamakan adalah pada studi kasus para pelaku entrepreneur yang dimulai sejak mahasiswa dan sekarang ini sudah menjadi miliader dikalangan anak muda India dan negara lain. Ada juga pembahasan peranan bisnis incubator dikampus perguruan tinggi dalam melahirkan pengusaha muda sukses seperti di India,cina,USA,dan Polandia. Tiga tema besar tersebut dipilih mengingat di India setiap negara bagian atau provinsi mempunyai komite yang menangani perencanaan, sains terapan dan teknologi. Oleh karena itu mahasiswa yang mengambil jurusan sains seperti Kimia, Biologi, Fisika,dan Matematika adalah mahasiswa pilihan dan sangat dihormati di India. Karena bagi India setiap sains terapan seperti Bioteknologi, Aerospace, Teknologi Informasi, Kedokteran,Farmasi harus kuat dulu dasar keilmuannya. Inilah yang menjadi backbone dan
pendorong kemajuan industri -industri di India yang sekarang ini mulai merambah dunia.

Secara potensial, Indonesia sebenarnya memiliki hal tersebut diatas, jika di India peranan industriawan dan dorongan regulasi pemerintah disana telah menyebabkan generasi mudanya yang merupakan 50% dari total penduduk India yang berjumlah 1,2 Milyar juta jiwa sangat antusias.

Di akhir acara UNISSULA dan Nehru Group of Institutions yang membawahi sejumlah perguruan tinggi ternama di India menandatangani kerjasama join research serta pertukaran dosen dan mahasiswa.

Related News